Bermain adalah
hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa
pra sekolah. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat
penting dalam perkembangan kepibadiannya. Bermain bagi seorang anak tidak sekedar
mengisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan
bermain pada anak pra sekolah mempunyai nilai positif terhadap perkembangan
kepibadiannya
Di dalam
bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia
rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan
keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalam bermain,
yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat
mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami
keberanaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan
kreativitas.
A.
Pengertian Bermain
Hurlock (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005) menyatakan “Bermain dapat
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela,
tanpa paksaaan atau tekanan dari pihak luar”. Walaupun sama-sama mengandung
unsur aktivitas, bermain dibedakan dari bekerja. Bekerja merupakan kegiatan
yang berorientasi pada hasil akhir, sedangkan bermain tidak. Hasil akhir dalam
kegiatan bermain bukanlah sesuatu hal yang penting. Kegiatan dalam bermain
menimbulkan kesenangan bagi pelakunya, sedangkan dalam bekerja efek tersebut
tidak selalu muncul.
Lebih lanjut Catron & Allen (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005)
mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak
berkembang optimal. Kegiatan Bermain adalah suatu kebutuhan yang mau tidak mau
harus terpenuhi, sebab dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak.
B.
Karakteristik Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan sekaligus memiliki
unsur pendidikan bagi anak. Dockett dan Fleer (dalam http://paudtara.blogspot.com/) menyatakan bahwa suatu ativitas
dikatakan bermain jika ia memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.
Simbolik
Bermain pada dasarnya adalah
aktivitas yang dilakukan anak untuk mengemukakan berbagai ide dan gagasannya ke
dalam bentuk-bentuk simbolik yang mewakili berbagai benda, orang atau pun
aktivitas yang diketahuinya. Karateristik ini terlihat ketika anak memainkan
balok yang diibaratkan sebagai kereta api, anak berperan sebagai seorang ibu
yang sedang memasak, bahkan sebagai ibu dari boneka yang dinggap sebagai
anaknya.
2.
Bermakna
Bermain pada hakikatnya adalah
kegiatan memainkan berbagai pengalaman, keterampilan, dan pemahaman yang dapat
dilakukannya sejalan dengan apa yang telah diketahui anak.
3.
Aktif
Kegiatan bermain adalah kegiatan
aktif yang dilakukan anak dengan melibatkan berbagai jenis aktivitas baik
fisik, psikis, maupun imajinasinya.
4.
Menyenangkan
Bermain adalah segala sesuatu yang
dilakukan yang dapat memberikan rasa senang, kegembiraan, dan keceriaan pada
anak.
5.
Motivasional
Bermain adalah segala jenis kegiatan
yang dilakukan atas dasar dorongan dari dalam diri anak sehingga anak
melakukannya dengan penuh semangat.
6.
Beraturan
Segala bentuk permainan memiliki
aturan-aturan, baik dalam hal waktu, lingkungan, maupun peralatannya. Hal
inilah yang menyebabkan anak dapat melakukan berbagai jenis permainan jika
waktunya ada, lingkungannya mendukung, dan peralatannya tersedia.
7.
Berepisode
Bermain memiliki tahapan yakni
tahapan awal, tengah, dan akhir dalam satu tema tertentu yang dipilih
anak. Jika sebuah permainan telah memasuki tahap akhir, biasanya anak akan
memainkan permainan baru.
Seluruh karakteristik tersebut berhubungan dengan bermain,
walaupun dalam kenyataannya tidak semua karakteristik berada pada satu
permainan yang sama.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permainan Anak
Bermain merupakan salah satu hak anak yang sering terlupakan
karena dianggap kurang penting. Padahal, dari kegiatan yang dianggap kurang
penting tersebut orangtua akan dapat melihat perkembangan anaknya baik dari
sisi fisik maupun psikologis. Permainan anak dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Elizabeth B. Hurlock (dalam http://www.pustakabumi.com/) ada delapan faktor yang dapat
mempengaruhi permainan anak, yaitu:
- Kesehatan
Semakin sehat anak, semakin banyak
energinya untuk bermain aktif seperti permainan dan olahraga.
- Perkembangan motorik
Pengendalian motorik yang baik
memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
- Inteligensi
Pada setiap usia, anak yang pandai
lebih aktif ketimbang anak yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih
menunjukkan kecerdikan.
- Jenis kelamin
Pada awal masa kanak-kanak, anak
laki-laki menunjukkan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih
banyak, tetapi terjadi sebaliknya pada akhir masa kanak-kanak.
- Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk,
kurang bermain ketimbang anak lainnya, karena kesehatan yang buruk, kurang
waktu, peralatan, dan ruang.
- Status sosial ekonomi
Kelas sosial mempengaruhi jenis
kegiatan yang dipilih oleh anak. Demikian halnya dengan buku yang dibaca dan
film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimiliki dan supervisi
terhadap mereka.
- Jumlah waktu bebas
Jika tugas rumah tangga atau
pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan
kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar.
- Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya, misalnya
dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan pura-pura; banyaknya
balok, kayu, cat air dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.
D.
Pengertian
Perkembangan dan Perkembangan Fisik Motorik
Menurut Van Den Daele perkembangan adalah serangkaian
perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan
pengalaman yang berubah secara kualitatif. Sedangkan Lerner & Hultsch
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang
teratur dan bersistem yang terjadi di dalam diri seseorang dan juga melihat
adanya perbedaan perkembangan antar individu.
Harlock dalam Uyu Wahyudin &
Mubiar Agustin (2011) menjelaskan bahwa
secara umum pekembangan fisik anak mencakup 4 aspek, yaitu :
1.
Sistem syaraf
2.
Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan
kemampuan motorik
3.
Kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola
tingkah laku baru
4.
Struktur fisik/tubuh meliputi tinggi, berat,dan
porporsi tubuh
Pertumbuhan fisik setiap anak berbeda, namun seiring
dengan perkembangan fisik yang beranjak matang perkembangan motorik anak dapat
terkoordinasi dengan baik.
E.
Karakteristik Keterampilan
Koordinasi Gerakan Motorik Anak Usia Dini
Martin Jamaris dalam Uyu Wahyudin
& Mubiar Agustin (2011) menyatakan bahwa kecerdasan jamak yang berkaitan
erat dengan kecerdasan kinestetik pada anak mencakup kemampuan anak dalam
kepekaan dan keterampilan dalam mengontrol dan mengkoordinasikan
gerakan-gerakan tubuh serta terampil dalam menggunakan peralatan tertentu yang dimanfaatkan
anak dalam aktivitas bermainnya.
1.
Keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar
Keterampilan koordinasi motorik
kasar meliputi kegiatan seluruh tubuh atau sebagian tubuh. Keterampilan koordinasi motorik
kasar mencakup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan dan
kekuatan. Keterampilan koordinasi motorik kasar dapat dibagi kedalam
tiga kelompok yaitu :
a.
Keterampilan lokomotor
Keterampilan lokomotor meliputi
gerak tubuh yang berpindah tempat yaitu: berjalan, berlari, melompat, meluncur,
berguling, menderap, menjatuhkan diri, dan bersepeda. Keterampilan lokomotor
membantu mengembangkan kesadaran anak akan tubuhnya dalam ruang. Kesadaran ini disebut kesadaran
persepsi motorik yang meliputi kesadaran akan tubuh sendiri, waktu, hubungan
ruang (spasial), konsep arah, visual dan pendengaran. Kesadaran ini akan
terlihat dari usaha anak meniru gerakan-gerakan anak lain atau gurunya.
b.
Keterampilan non lokomotor
Keterampilan non lokomotor,yaitu
menggerakkan anggata tubuh dengan posisi tubuh diam di tempat seperti :
berayun, mengangkat,bergoyang,merentang, memeluk, melengkung, memutar,
membungkuk,mendorong.keterampilan ini sering di kaitkan dengan keseimbangan
atau kestabilan tubuh,yaitu gerakan yg membutuhkan keseimbangan pada taraf
tertentu.
c.
Keterampilan manipulatif / memproyeksi
Keterampilan manipulatif, meliputi penggunaan serta
pengontrolan gerakan otot-otot kecil
yang terbatas, terutama yang berada di tangan dan kaki. Keterampilan gerakan manipulatif,antara lain meregang, memeras, menarik, menggegam, memotong, meronce, membentuk, menggunting
dan menulis. Keterampilan memproyeksi, menangkap dan menerima. Keterampilan
ini dapat dilihat pada waktu anak
menangkap bola, menggiring bola, melempar bola , menendang bola, melambungkan
bola, memukul dan menarik.
2.
Keterampilan gerakan motorik halus
Bealty dalam Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin (2011),
mengungkapkan bahwa perkembangan motorik halus pada anak mencakup kemampuan
anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk
koordinasi, ketangkasan, dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari jemari.
Kemampuan motorik halus juga menjadi
jembatan bagi anak untuk mengembangkan aspek kecerdasan jamak terkait dengan
kecerdasan kinestik tubuh (Moleong dalam Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin
(2011). Beberapa aktivitas motorik halus anak :
a.
Dapat menggunakan gunting untuk memotong kertas
b.
Dapat memasang dan memmbuka kancing dan resleting
c.
Dapat menahan kertas dengan satu tangan , sementara tangan
yang lain digunakan untuk menggambar, menulis atau kegiatan lainnya.
d.
Dapat memasukkan benang ke dalam jarum
e.
Dapat meronce manik-manik
f.
Dapat membentuk dengan plastisin/was
g.
Dapat melipat kertas untuk dijadikan suatu bentuk.
F.
Prinsip-prinsip Pelaksanaan Kegiatan Fisik
Motorik
Prinsip-prinsip
pelaksanaan kegiatan fisik
motorik di PAUD meliputi :
a. Kegiatan dalam bentuk permainan
b. Menciptakan suasana gembira dan
menyenangkan
c. Gerakannya bervariasi
d. Dilakukan tiap hari, baik secara
formal maupun diselipkan diantara kegiatan yang direncanakan
e. Berencana dan bertahap
f. Diatur sesuai dengan
kebutuhan anak untuk bermain dan bergerak
Disamping prinsip pelaksanaan tersebut diatas agar tujuan
pembelajaran tercapai perlu juga didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai, situasi lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan, tenaga guru
yang memiliki kemampuan/ kompetensi membimbing anak usia dini dan peran serta
orang tua dan masyarakat.
Berdasarkan keterampilan koordinansi motorik kasar tersebut
diatas, maka anak usia TK sudah dapat melakukan berbagai aktivitas sebagai
berikut :
a. Mengendarai sepeda roda dua dan roda tiga
b. Berlalri dan berhenti, berlari
dengan sempurna
c. Menaiki dan memanjat tangga
gimnastik
d. Melompat dan meloncat
e. Berdiri dengan satu kaki
(keseimbangan)
f. Dapat mengikuti irama musik
g. Dapat menendang bola, melempar bola,
dst
G.
Pengaruh Bermain Terhadap Perkembangan Fisik Motorik Anak
Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam
periode perkembangan diri anak yang meliputi dunia fisik, sosial dan kognitif. Bermain berkaitan erat dengan
pertumbuhan anak. Kegiatan bermain memiliki kekuatan untuk menggerakkan
perkembangan anak. Pada masa anak-anak, bermain merupakan landasan bagi
perkembangan mereka karena bermain merupakan bagian dari perkembangan sekaligus
sumber energi perkembangan itu sendiri.
Pengaruh bermain terhadap perkembangan fisik-motorik pada
anak usia 4-6 tahun berpusat pada kontrol gerak motorik kasar anak. Melalui
bermain, anak dapat mengontrol gerak motor kasar. Pada saat itulah, mereka
dapat mempraktekkan semua gerakan motorik kasar seperti berlari, meloncat dan
melompat. Anak-anak terdorong untuk mengangkat, membawa, berjalan atau
meloncat, berputar dan beralih respon untuk irama.
Anak usia 4 hingga 6 tahun perlu bermain aktif. Mereka dapat
melempar, menangkap, menendang, memukul, bersepeda roda dua dan meluncur. Saat
ini banyak anak yang menghabiskan waktunya untuk aktivitas pasif, seperti
menonton televisi atau video. Anak itu membutuhkan kesempatan untuk memanjat,
berayun, mendorong, menarik, berlari, meloncat, melompat dan berjalan dalam
rangka menguasai tubuh mereka.
Pengaruh bermain terhadap perkembangan fisik-motorik pada
anak usia 4-6 tahun juga berpusat pada penguasaan keterampilan motorik halus.
Melalui bermain anak dapat mempraktekkan keterampilan motorik halus
mereka seperti menjahit, menata puzzle, memaku paku ke papan, meniti balok
titian, melompati berbagai objek, melompati tali, melompat dan turun melewati
beberapa anak tangga, memanjat, koordinasi gerakan berenang, mengendarai sepeda
roda dua dan mengecat. Perkembangan dan kemampuan motorik halus anak dapat
dipacu dengan menyediakan kesempatan yang luas kepada mereka yang mencoba,
menyediakan perangkat-perangkat yang memadai dan dibutuhkan, serta memberikan
bantuan yang dibutuhkan. Bukti menunjukkan bahwa pengalaman-pengalaman
anak dan antisipasikultural amat kondusif bagi perkembangan keterampilan
motorik halus ini.
H.
Permainan yang Mengembangkan Fisik Motorik Anak
Bermain merupakan aktivitas yang amat disukai anak dan melalui bermain
inilah anak mampu mengembangkan fisik motoriknya secara optimal. Dini Sulistya
Utami (dalam http://lunnablog-luna.blogspot.com) menyebutkan beberapa permainan
yang dapat dilakukan anak sesuai tahapan usianya :
1.
Permainan Main Gelembung (0-3
bulan)
a.
Cara bermain : Siapkan
jolang mandi terlebih dahulu, isi dengan air kemudian letakkan handuk didasar
jolang agar pantat anak tidak lecet. Tuang sabun mandi pada jolang yang berisi
air tersebut. Lalu kocok dan masukkan bayi pada jolang lalu gosokkan pada badan
bayi. Biarkan ia bermain dengan air, dan biarkan tangan bayi bergerak bebas.
b.
Manfaat bermain : Permainan ini bagus untuk bayi usia 0-3
bulan, karena pada permainan ini bayi
mulai dikenalkan pada air, sabun, dan sentuhan orang dewasa. Inderanya
bisa mulai berfungsi. Motoriknya mulai berkembang, yaitu gerakan tangan.
c.
Evaluasi Permainan : Permainan ini cocok bayi diusia 0-3 bulan, karena pada mulanya bayi hanya mampu
melakukan gerakkan-gerakkan yang sederhana dan dilakukan dengan lemah yaitu gerakan tangannya yang sederhana. Sambil
tertawa karena bayi merasakan kegembiraan tersendiri ketika ia bertemu dengan
hal baru yang menyenangkan. Sejalan dengan itu, keterampilan motorik tangan
juga terasah. Disini bayi bisa memegang tangan orang dewasa, ataupun bermain
dengan air sabun.
2.
Permainan Krincing-Krincing (3-6
bulan)
a.
Cara Bermain : Kita siapkan pita dan bel atau lonceng kecil. Lalu
ikatkan lonceng-lonceng itu pada pita. Kemudian ikatkan pada tangan dan kaki
bayi. Biarkan bayi menggerak-gerakkan tangan dan kakinya hingga terdengar bunyi
lonceng.
b.
Manfaat bermain : Permainan ini tentu bermanfaat bagi perkembangan
motorik anak, dan permainan ini cocok untuk bayi diusia tersebut karena untuk
lebih meningkatkan gerakkan kaki dan tangannya. Perkembangan motorik
memegangnya cukup terstimulus karena bayi mencoba untuk memegang benda yang
mengeluarkan suara tersebut.
c.
Evaluasi Permainan : Dalam bergerak, bayi harus menyadari keadaan
disekelilingnya. Mereka harus memanfaatkan indera, dan memahami bagian-bagian
tubuh yang digerakkan. Kesadaran motorik membantu seseorang menafsirkan
rangsangan. Dalam permainan ini kesadaran motorik alat indera lebih diperlukan.
Karena alat indera lah yang digunakan anak untuk mengenali lingkungan
disekeliling bayi sehingga dengan indera tersebut bayi dapat berinteraksi. Bayi
akan berkenalan dengan bunyi dan melatih alat pendengarannya. Dalam permainan
ini bayi berusaha untuk dapat membunyikan lonceng tersebut. Hingga bayi
tersebut tahu cara untuk membunyikannya yaitu dengan menggerakkan tangan dan
kakinya. Sehingga motorik bayi bisa berkembang.
3.
Permainan Merangkak di Terowongan
(9-12 bulan)
a.
Cara Bermain : Siapkan benda yang bisa dibuat menjadi terowongan.
Lalu suruh anak melewati terowongan itu dengan dibantu oleh petunjuk dari orang
dewasa. Disini kita bisa menarik perhatian anak dengan menggunakan boneka atau
mainan yang akan membuat anak tertarik. Hingga akhirnya anak bisa melewati
terowongan tersebut dengan cara merangkak.
b.
Manfaat Permainan : Permainan ini dapat menstimulus otot kaki dan otot
tangan juga kekuatan kaki dan tangannya. Dengan cara merangkak maka motorik
anak khususnya tangan dan kaki jadi lebih kuat lagi. Untuk menjalani tugas
perkembangan berikutnya.
c.
Evaluasi Permainan : Pada usia 8-13 bulan bayi sudah mulai senang
mengesot dan merangkak. Kepandaiannya merangkak membuat bayi tidak bisa diam
dan ingin terus kesana-kemari. Maka kita sebagai orang dewasa harus bisa
mengarahkan. Dengan mengarahkan bayi, perkembangan kognitifnya juga ikut
berkembang. Sejalan dengan itu alat indera bayi semakin matang. Ketika
merangkat, otot punggung dan bahu
bayi sudah semakin terkontrol. Kekuatan ototnya ini
akan membantunya merangkak dengan cepat.
4.
Permainan Spageti yang Enak (9-12
bulan)
a.
Cara Bermain : Siapkan spageti dan sendok serta garpu. Biarkan
anak mengambil spageti tersebut dengan menggunakan sendok dan garpu.
b.
Manfaat Permainan : Menstimulus gerakan tangan agar lebih matang dan
terampil. Disini dituntut ketepatan anak mengambil spageti dengan menggunakan
alat. Yang pada akhirnya anak mampu mengendalikan gerakkan tangannya.
c.
Evaluasi Permainan : Keterampilan motorik memegang benda misalnya sendok,
berkembang sejalan dengan peningkatan koordinasi mata dan tangan. Aktivitas
yang melibatkan koordinasi mata dan tangan meningkat sesuai dengan pencapaian
kemampuan control otot-otot penggerak mata. Kematangan untuk melakukan gerakan
memegang dan mengangkat suatu objek melalui keterampilan yang dipelajari pada
tahun pertama kehidupan bayi. Jadi melalui permainan inilah bayi akan
terstimulus gerakkan tangan dan matanya. Walaupun pada akhirnya bayi belum
mampu memasukkan spageti itu ke dalam mulutnya. Karena mungkin kemampuannya
belum maksimal, ditambah lagi permukaan spageti yang licin.
5.
Permainan Menangkap Bola (9-12
bulan)
a.
Cara Bermain : Siapkan bola, lalu lemparkan ke arah anak, dan
biarkan anak menangkapnya.
b.
Manfaat Permainan : Anak semakin mampu bergerak menyesuaikan posisi
tubuh dan tangannya sesuai dengan benda yang akan ditangkap. Gerakkan tangan
menjadi semakin efektif dan tidak kaku.
c.
Evaluasi Permainan : Permainan ini sebetulnya terlalu sulit untuk
dilakukan oleh anak 9-12 bulan. Tetapi sebenarnya boleh dipraktekan pada anak
usia 9-12 bulan, hanya saja kegiatannya lebih sederhana, yaitu menghentikan
suatu benda yang mengulir di lantai dan benda yang ada di dekatnya. Menangkap
bola lebih cocok untuk anak usia kurang lebih 3 tahun.
6.
Permainan Kepala Pundak Lutut Kaki
(12-18 bulan)
a.
Cara Bermain : Anak-anak memegang bagian tubuh yang disebutkan.
b.
Manfaat bermain : anak mengenal bagian-bagian tubuhnya. Anak jadi belajar membungkuk.
c.
Evaluasi Permainan : kegiatan tersebut seharusnya di
lakukan pada anak yang berusia sekitar 2 tahun. Karena dalam permainan ini anak
dituntut untuk membungkuk, selain itu kekuatan otot kakinya juga harus sudah
seimbang. Sedangkan pada usia 12-18 bulan anak masih belum kuat untuk
membungkuk karena mereka baru bisa berjalan.
7.
Permainan Gelembung Sabun (12-18
bulan)
a.
Cara Bermain : Tiupkan gelembung sabun, lalu biarkan anak
menggapai dan memecahkannya.
b.
Manfaat Permainan : Menstimulus motorik kasar anak yaitu berjalan,
berlari bahkan melompat.
c.
Evaluasi Permainan : Permainan gelembung sabun yang dilakukan ini
sebaiknya jangan pada usia 12-18 bulan, berlari memerlukan peningkatan kekuatan
kaki dan koordinasi yang lebih baik antara otot-otot penggerak dengan yang
berlawanan pada saat kaki melangkah. Kekuatan kaki yang lebih besar diperlukan
untuk menjejakkan satu kaki tumpu agar terjadi gerakan melayang dan untuk
menahan berat pada pada saat kaki lainnya mendarat. Hal itu terlalu sulit untuk
dilakukan anak pada usia dibawah 2 tahun. Pada usia 2-3 tahun anak-anak mulai
mampu berlari agak lancar. Apa lagi meloncat diperlukan kekuatan otot kaki yang
besar pula. Jadi, permainan ini belum saatnya diberikan pada anak.
8.
Permainan Harimau Mengejar (18-24
bulan)
a.
Cara Bermain : Kita (orang dewasa) berlari dan biarkan anak
mengejar kita, atau pun sebaliknya.
b.
Manfaat Bermain : Menstimulus motorik kasar yaitu berlari.
c.
Evaluasi Permainan : Permainan harimau mengejar ini cocok untuk
dilakukan pada usia 18-24 bulan, karena pada usia tersebut kekuatan otot kaki
dan koordinasi antara otot penggerak dan otot-otot berlawanan sudah lebih baik,
tetapi kemampuan kontrol
untuk berhenti dengan cepat masih belum baik.
9.
Bermain Donat (12-18 bulan)
a.
Cara Bermain : Siapkan alat bermain menara donat lalu biarkan
anak memasukkan potongan-potongan donat tersebut. Jika anak mengalami kesulitan
bantulah.
b.
Manfaat Permainan : Menstimulus gerakkan jari dan tangan anak.
c.
Evaluasi Permainan : Permainan
ini akan menstimulus gerakkan jari-jari anak dan kekuatan tangan. Anak dituntut
untuk bisa mengrenggangkan jari tangannya, menggenggam benda dan juga
memasukkan benda tepat pada lubangnya. Anak akan berusaha agar donat bisa masuk
pada tempatnya.
10.
Permainan Bongkar Pasang (2-3
tahun)
a.
Cara Bermain : Siapkan puzzle terlebih dahulu. Lalu copot semua
bagian dari puzzle dan biarkan anak menyusunnya kembali sampai terbentuk gambar
atau bentuk tertentu.
b.
Manfaat Permainan : akan menstimulus keterampilan jari-jari tangan dan
kognitif anak. Anak mengidentifikasi bentuk puzzle melalui alat inderanya.
c.
Evaluasi Permainan : permainan ini bisa disesuaikan dengan usia anak.
Anak yang berusia antara 2 sampai 3 tahun bisa menggunakan bentuk puzzle yang
lebih sederhana dibandingkan untuk anak yang berusia 3 tahun keatas. Permainan
ini sangat bermanfaat bagi kognitif anak, karena kecerdasan motorik berkaitan juga
dengan kognitif. Dalam permainan ini anak mulai berpikir bentuk, warna, dan
gambar. Jadi anak akan berusaha untuk bisa menyelesaikannya.
11. Latihan Gerak Dasar (3-6 tahun )
Kegiatan
ini dimulai dengan eksplorasi gerakan-gerakan tubuh dan meningkat ke gerakan
campuran. Gerakan tersebut diantaranya:
a.
Berjalan dan
berlari perorangan
Berlari
menjelajahi ruangan secara perorangan dengan langkah pendek, langkah biasa, dan
langkah panjang juga divariasi dengan berlari jinjit dengan tumpuan ujung kaki
atau tumit di atas satu garis lurus.
b.
Berjalan dan berlari secara
bersama
Berjalan
dan berlari menjelajahi ruangan atau lapangan berdua sambil berpegangan tangan
dengan langkah biasa, langkah pendek dan langkah panjang.
c.
Berjalan dan berlari dengan
berbagai cara ( berdua, bertiga, berempat, dan seterusnya)
Berjalan
dan berari ke berbagai arah seperti berjalan ke samping kanan, samping kiri,
serong kanan, serong kiri dengan bergandengan tangan.
d.
Melompat ke berbagai arah secara
individual
Kegiatan
ini dilakukan dengan tumpuan satu kaki (melompat) dan dilakukan dengan tumpuan
dua kaki (meloncat). Melompat ke depan dengan cara bertolak dengan kaki kiri,
lalu mendarat dengan kaki kiri dan sebaliknya. Melompat ke atas dengan cara
bertolak dengan kaki kiri, lalu mendarat dengan kaki
kanan dan sebaliknya. Meloncat
dengan tumpuan dua kaki seperti menirukan katak dan kelinci meloncat.
e.
Melompat ke berbagai arah secara
bersama (dengan teman)
Melompat
ke depan sambil bergandengan tangan dengan cara bertolak dengan kaki kiri, lalu
mendarat dengan kaki kanan dan sebaliknya. Gerakan ini bisa divariasi dengan
melompat ke belakang maupun ke samping kanan kiri dengan cara bergandengan.
f.
Gerakan kombinasi berjalan,
berlari dan melompat secara individual
Gerakan
ini bisa dilakukan dengan gerakan berjalan ke depan, melompat ke samping kanan
maupun kiri.
g.
Gerakan tubuh dengan alat bantu
Gerakan
ini bisa dilakukan dengan cara melompati tali yang direntangkan dengan
ketinggian yang bertahap. Berjalan merangkak dan melompat di atas papan
keseimbangan. Menggelindingkan simpe dengan cara berpasangan, berkelompok atau
secara individual. Merangkak dalam simpe dengan cara berkelompok. Memantulkan
bola ke tembok dan menangkapnya. Sambil berjalan memantulkan bola ke lantai.
Bermain bola gelinding berpasangan sambil duduk berhadapan di lantai dengan
jarak tertentu. Melambungkan dan menangkap bola secara berpasangan. Melempar
dan menangkap kantong biji-bijian.
h.
Melakukan gerakan fantasi menurut
cerita (senam fantasi)
Kegiatan
ini dilakukan guru dengan cara memberi contoh dalam bentuk cerita dan anak-anak
melakukan gerakan yang tergambar dari cerita dengan judul yang telah ditentukan
oleh guru. Dalam hal ini, guru harus memilih cerita yang terdapat banyak gerak
di dalamnya yang dilakukan oleh tokoh cerita tersebut.
i.
Melakukan gerakan-gerakan tubuh
berdasarkan lirik lagu (gerak dan lagu)
Kegiatan
ini meniru contoh gerakan kepala, pundak, lutut, kaki, ”Aku seorang kapiten”, ”Tukang Kayu”. Anak-anak bernyanyi sambil melakukan
gerakan yang ada dalam lagu itu.
j.
Melakukan gerakan-gerakan tubuh
berdasarkan irama atau ritmik melalui tape recorder
Dengan
unsur-unsur gerak jalan maju, mundur, menyamping, langkah kecil, langkah besar,
tinggi, berat. Langkah pertama adalah pengenalan ritmik yang perlu dilatih
kemudian anak-anak dibiarkan bergerak dengan iringan musik instrumental dengan
perasaan masing-masing dan kreativitas sendiri-sendiri.
k.
Melakukan gerakan halus (motorik
halus)
Ada dua
komponen gerak yang mudah dipahami anak, yaitu kekuatan dan kelenturan. Anak
dapat mengukur kekuatannya dengan cara melemparkan bola atau kantong biji
dengan jarak tertentu. Anak juga dapat mencoba mengukur kelenturan sendiri
dengan membungkukkan tubuhnya untuk memegang ibu jari kaki tanpa menekukkan
lutut. Guru memprogramkan kegiatan untuk melatih kekuatan dan kelenturan anak
didik dengan memperhatikan gerak-gerak dasar dalam bermain. Misalnya, dengan
tema pekerjaan dan sub tema petani. Kegiatannya senam fantasi menurut cerita.
Dalam kegiatan ini cerita yang dikarang guru hendaknya terdapat banyak gerakan
yang dapat dilakukan anak didik. Guru bercerta tanpa memberi contoh
gerakan-gerakan sehingga anak melakukan gerakan-gerakan menurut fantasi dan
kreativitas mereka masing-masing. Anak seolah-olah menjadi pelaku-pelaku dalam
cerita tersebut dan mengalami sendiri perasaan dalam cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar