CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 20 Juni 2012

Pengaruh Bermain Terhadap Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Bermain adalah hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa pra sekolah. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan kepibadiannya. Bermain bagi seorang anak tidak sekedar mengisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan bermain pada anak pra sekolah mempunyai nilai positif terhadap perkembangan kepibadiannya



Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalam bermain, yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.



A.      Pengertian Bermain
Hurlock (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005) menyatakan “Bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela, tanpa paksaaan atau tekanan dari pihak luar”. Walaupun sama-sama mengandung unsur aktivitas, bermain dibedakan dari bekerja. Bekerja merupakan kegiatan yang berorientasi pada hasil akhir, sedangkan bermain tidak. Hasil akhir dalam kegiatan bermain bukanlah sesuatu hal yang penting. Kegiatan dalam bermain menimbulkan kesenangan bagi pelakunya, sedangkan dalam bekerja efek tersebut tidak selalu muncul.
Lebih lanjut Catron & Allen (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005) mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang optimal. Kegiatan Bermain adalah suatu kebutuhan yang mau tidak mau harus terpenuhi, sebab dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak.

B.       Karakteristik Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan sekaligus memiliki unsur pendidikan bagi anak. Dockett dan Fleer (dalam  http://paudtara.blogspot.com/)  menyatakan bahwa suatu ativitas dikatakan bermain jika ia memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.    Simbolik
Bermain pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan anak untuk mengemukakan berbagai ide dan gagasannya ke dalam bentuk-bentuk simbolik yang mewakili berbagai benda, orang atau pun aktivitas yang diketahuinya. Karateristik ini terlihat ketika anak memainkan balok yang diibaratkan sebagai kereta api, anak berperan sebagai seorang ibu yang sedang memasak, bahkan sebagai ibu dari boneka yang dinggap sebagai anaknya.
2.    Bermakna
Bermain pada hakikatnya adalah kegiatan memainkan berbagai pengalaman, keterampilan, dan pemahaman yang dapat dilakukannya sejalan dengan apa yang telah diketahui anak.
3.    Aktif
Kegiatan bermain adalah kegiatan aktif yang dilakukan anak dengan melibatkan berbagai jenis aktivitas baik fisik, psikis, maupun imajinasinya.
4.    Menyenangkan
Bermain adalah segala sesuatu yang dilakukan yang dapat memberikan rasa senang, kegembiraan, dan keceriaan pada anak.
5.    Motivasional
Bermain adalah segala jenis kegiatan yang dilakukan atas dasar dorongan dari dalam diri anak sehingga anak melakukannya dengan penuh semangat.
6.    Beraturan
Segala bentuk permainan memiliki aturan-aturan, baik dalam hal waktu, lingkungan, maupun peralatannya. Hal inilah yang menyebabkan anak dapat melakukan berbagai jenis permainan jika waktunya ada, lingkungannya mendukung, dan peralatannya tersedia.
7.    Berepisode
Bermain memiliki tahapan yakni tahapan awal, tengah, dan akhir dalam satu  tema tertentu yang dipilih anak. Jika sebuah permainan telah memasuki tahap akhir, biasanya anak akan memainkan permainan baru.
Seluruh karakteristik tersebut berhubungan dengan bermain, walaupun dalam kenyataannya tidak semua karakteristik berada pada satu permainan yang sama.

C.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permainan Anak
Bermain merupakan salah satu hak anak yang sering terlupakan karena dianggap kurang penting. Padahal, dari kegiatan yang dianggap kurang penting tersebut orangtua akan dapat melihat perkembangan anaknya baik dari sisi fisik maupun psikologis. Permainan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Elizabeth B. Hurlock (dalam http://www.pustakabumi.com/) ada delapan faktor yang dapat mempengaruhi permainan anak, yaitu:
  1. Kesehatan
Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif seperti permainan dan olahraga.
  1. Perkembangan motorik
Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
  1. Inteligensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang anak yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikan.
  1. Jenis kelamin
Pada awal masa kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak, tetapi terjadi sebaliknya pada akhir masa kanak-kanak.
  1. Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya, karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang.
  1. Status sosial ekonomi
Kelas sosial mempengaruhi jenis kegiatan yang dipilih oleh anak. Demikian halnya dengan buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimiliki dan supervisi terhadap mereka.
  1. Jumlah waktu bebas
Jika tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar.
  1. Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya, misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan pura-pura; banyaknya balok, kayu, cat air dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.

D.      Pengertian Perkembangan dan Perkembangan Fisik Motorik
Menurut Van Den Daele perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman yang berubah secara kualitatif. Sedangkan Lerner & Hultsch menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang teratur dan bersistem yang terjadi di dalam diri seseorang dan juga melihat adanya perbedaan perkembangan antar individu.
Harlock dalam Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin (2011)  menjelaskan bahwa secara umum pekembangan fisik anak mencakup 4 aspek, yaitu :
1.      Sistem syaraf
2.      Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik
3.      Kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru
4.      Struktur fisik/tubuh meliputi tinggi, berat,dan porporsi tubuh
Pertumbuhan fisik setiap anak berbeda, namun seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang perkembangan motorik anak dapat terkoordinasi dengan baik.

E.       Karakteristik Keterampilan Koordinasi Gerakan Motorik Anak Usia Dini
Martin Jamaris dalam Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin (2011) menyatakan bahwa kecerdasan jamak yang berkaitan erat dengan kecerdasan kinestetik pada anak mencakup kemampuan anak dalam kepekaan dan keterampilan dalam mengontrol dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan tubuh serta terampil dalam menggunakan peralatan tertentu yang dimanfaatkan anak dalam aktivitas bermainnya.
1.    Keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar
Keterampilan koordinasi motorik kasar meliputi kegiatan seluruh tubuh atau sebagian tubuh. Keterampilan koordinasi motorik kasar mencakup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan dan kekuatan. Keterampilan koordinasi motorik kasar dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu : 
a.       Keterampilan lokomotor
Keterampilan lokomotor meliputi gerak tubuh yang berpindah tempat yaitu: berjalan, berlari, melompat, meluncur, berguling, menderap, menjatuhkan diri, dan bersepeda. Keterampilan lokomotor membantu mengembangkan kesadaran anak akan tubuhnya  dalam ruang. Kesadaran ini disebut kesadaran persepsi motorik yang meliputi kesadaran akan tubuh sendiri, waktu, hubungan ruang (spasial), konsep arah, visual dan pendengaran. Kesadaran ini akan terlihat dari usaha anak meniru gerakan-gerakan anak lain atau gurunya.
b.      Keterampilan non lokomotor
Keterampilan non lokomotor,yaitu menggerakkan anggata tubuh dengan posisi tubuh diam di tempat seperti : berayun, mengangkat,bergoyang,merentang, memeluk, melengkung, memutar, membungkuk,mendorong.keterampilan ini sering di kaitkan dengan keseimbangan atau kestabilan tubuh,yaitu gerakan yg membutuhkan keseimbangan pada taraf tertentu.
c.       Keterampilan manipulatif / memproyeksi
Keterampilan manipulatif, meliputi penggunaan serta pengontrolan  gerakan otot-otot kecil yang terbatas, terutama yang berada di tangan dan kaki. Keterampilan  gerakan manipulatif,antara lain meregang, memeras, menarik, menggegam, memotong, meronce, membentuk, menggunting dan menulis. Keterampilan memproyeksi, menangkap dan menerima. Keterampilan ini  dapat dilihat pada waktu anak menangkap bola, menggiring bola, melempar bola , menendang bola, melambungkan bola, memukul dan menarik.
2.        Keterampilan gerakan motorik halus
Bealty dalam Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin (2011), mengungkapkan bahwa perkembangan motorik halus pada anak mencakup kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan, dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari jemari. Kemampuan motorik halus juga menjadi jembatan bagi anak untuk mengembangkan aspek kecerdasan jamak terkait dengan kecerdasan kinestik tubuh (Moleong dalam Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin (2011). Beberapa aktivitas motorik halus anak :  
a.         Dapat menggunakan gunting untuk memotong kertas
b.         Dapat memasang dan memmbuka kancing dan resleting
c.         Dapat menahan kertas dengan satu tangan , sementara tangan yang lain digunakan untuk menggambar, menulis atau kegiatan lainnya.
d.        Dapat memasukkan benang ke dalam jarum
e.         Dapat meronce manik-manik
f.          Dapat membentuk dengan plastisin/was
g.         Dapat melipat kertas untuk dijadikan suatu bentuk.


F.   Prinsip-prinsip Pelaksanaan Kegiatan Fisik  Motorik
Prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan fisik  motorik di PAUD meliputi :
a.    Kegiatan dalam bentuk permainan
b.    Menciptakan suasana gembira dan menyenangkan
c.    Gerakannya bervariasi
d.   Dilakukan tiap hari, baik secara formal maupun diselipkan diantara kegiatan yang direncanakan
e.    Berencana dan bertahap
f.       Diatur sesuai dengan  kebutuhan anak untuk bermain dan bergerak
Disamping prinsip pelaksanaan tersebut diatas agar tujuan pembelajaran tercapai perlu juga didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, situasi lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan, tenaga guru yang memiliki kemampuan/ kompetensi membimbing anak usia dini dan peran serta orang tua dan masyarakat.
Berdasarkan keterampilan koordinansi motorik kasar tersebut diatas, maka anak usia TK sudah dapat melakukan berbagai aktivitas sebagai berikut :
a.    Mengendarai sepeda roda  dua dan roda tiga
b.    Berlalri dan berhenti, berlari dengan sempurna
c.    Menaiki dan memanjat tangga gimnastik
d.   Melompat dan meloncat
e.    Berdiri dengan satu kaki (keseimbangan)
f.       Dapat mengikuti irama musik
g.    Dapat menendang bola, melempar bola, dst
                                      
G.      Pengaruh Bermain Terhadap Perkembangan Fisik Motorik Anak
Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak yang meliputi dunia fisik, sosial dan kognitif. Bermain berkaitan erat dengan pertumbuhan anak. Kegiatan bermain memiliki kekuatan untuk menggerakkan perkembangan anak. Pada masa anak-anak, bermain merupakan landasan bagi perkembangan mereka karena bermain merupakan bagian dari perkembangan sekaligus sumber energi perkembangan itu sendiri.
Pengaruh bermain terhadap perkembangan fisik-motorik pada anak usia 4-6 tahun berpusat pada kontrol gerak motorik kasar anak. Melalui bermain, anak dapat mengontrol gerak motor kasar. Pada saat itulah, mereka dapat mempraktekkan semua gerakan motorik kasar seperti berlari, meloncat dan melompat. Anak-anak terdorong untuk mengangkat, membawa, berjalan atau meloncat, berputar dan beralih respon untuk irama.
Anak usia 4 hingga 6 tahun perlu bermain aktif. Mereka dapat melempar, menangkap, menendang, memukul, bersepeda roda dua dan meluncur. Saat ini banyak anak yang menghabiskan waktunya untuk aktivitas pasif, seperti menonton televisi atau video. Anak itu membutuhkan kesempatan untuk memanjat, berayun, mendorong, menarik, berlari, meloncat, melompat dan berjalan dalam rangka menguasai tubuh mereka.
Pengaruh bermain terhadap perkembangan fisik-motorik pada anak usia 4-6 tahun juga berpusat pada penguasaan keterampilan motorik halus. Melalui bermain anak dapat mempraktekkan  keterampilan motorik halus mereka seperti menjahit, menata puzzle, memaku paku ke papan, meniti balok titian, melompati berbagai objek, melompati tali, melompat dan turun melewati beberapa anak tangga, memanjat, koordinasi gerakan berenang, mengendarai sepeda roda dua dan mengecat. Perkembangan dan kemampuan motorik halus anak dapat dipacu dengan menyediakan kesempatan yang luas kepada mereka yang mencoba, menyediakan perangkat-perangkat yang memadai dan dibutuhkan, serta memberikan bantuan yang dibutuhkan. Bukti menunjukkan bahwa pengalaman-pengalaman anak  dan antisipasikultural amat kondusif bagi perkembangan keterampilan motorik halus ini.

H.      Permainan yang Mengembangkan Fisik Motorik Anak
Bermain merupakan aktivitas yang amat disukai anak dan melalui bermain inilah anak mampu mengembangkan fisik motoriknya secara optimal. Dini Sulistya Utami (dalam http://lunnablog-luna.blogspot.com) menyebutkan beberapa permainan yang dapat dilakukan anak sesuai tahapan usianya :
1.    Permainan Main Gelembung (0-3 bulan)
a.    Cara bermain  : Siapkan jolang mandi terlebih dahulu, isi dengan air kemudian letakkan handuk didasar jolang agar pantat anak tidak lecet. Tuang sabun mandi pada jolang yang berisi air tersebut. Lalu kocok dan masukkan bayi pada jolang lalu gosokkan pada badan bayi. Biarkan ia bermain dengan air, dan biarkan tangan bayi bergerak bebas.
b.    Manfaat bermain  : Permainan ini bagus untuk bayi usia 0-3 bulan, karena pada permainan  ini bayi mulai dikenalkan pada air, sabun, dan sentuhan orang dewasa.  Inderanya bisa mulai berfungsi. Motoriknya mulai berkembang, yaitu gerakan tangan.
c.    Evaluasi Permainan : Permainan ini cocok bayi diusia 0-3 bulan, karena pada mulanya bayi hanya mampu melakukan gerakkan-gerakkan yang sederhana dan dilakukan dengan lemah yaitu gerakan tangannya yang sederhana. Sambil tertawa karena bayi merasakan kegembiraan tersendiri ketika ia bertemu dengan hal baru yang menyenangkan. Sejalan dengan itu, keterampilan motorik tangan juga terasah. Disini bayi bisa memegang tangan orang dewasa, ataupun bermain dengan air sabun.
2.    Permainan Krincing-Krincing (3-6 bulan)
a.         Cara Bermain : Kita siapkan pita dan bel atau lonceng kecil. Lalu ikatkan lonceng-lonceng itu pada pita. Kemudian ikatkan pada tangan dan kaki bayi. Biarkan bayi menggerak-gerakkan tangan dan kakinya hingga terdengar bunyi lonceng.
b.        Manfaat bermain : Permainan ini tentu bermanfaat bagi perkembangan motorik anak, dan permainan ini cocok untuk bayi diusia tersebut karena untuk lebih meningkatkan gerakkan kaki dan tangannya. Perkembangan motorik memegangnya cukup terstimulus karena bayi mencoba untuk memegang benda yang mengeluarkan suara tersebut.
c.         Evaluasi Permainan : Dalam bergerak, bayi harus menyadari keadaan disekelilingnya. Mereka harus memanfaatkan indera, dan memahami bagian-bagian tubuh yang digerakkan. Kesadaran motorik membantu seseorang menafsirkan rangsangan. Dalam permainan ini kesadaran motorik alat indera lebih diperlukan. Karena alat indera lah yang digunakan anak untuk mengenali lingkungan disekeliling bayi sehingga dengan indera tersebut bayi dapat berinteraksi. Bayi akan berkenalan dengan bunyi dan melatih alat pendengarannya. Dalam permainan ini bayi berusaha untuk dapat membunyikan lonceng tersebut. Hingga bayi tersebut tahu cara untuk membunyikannya yaitu dengan menggerakkan tangan dan kakinya. Sehingga motorik bayi bisa berkembang.
3.    Permainan Merangkak di Terowongan (9-12 bulan)
a.       Cara Bermain : Siapkan benda yang bisa dibuat menjadi terowongan. Lalu suruh anak melewati terowongan itu dengan dibantu oleh petunjuk dari orang dewasa. Disini kita bisa menarik perhatian anak dengan menggunakan boneka atau mainan yang akan membuat anak tertarik. Hingga akhirnya anak bisa melewati terowongan tersebut dengan cara merangkak.
b.      Manfaat Permainan : Permainan ini dapat menstimulus otot kaki dan otot tangan juga kekuatan kaki dan tangannya. Dengan cara merangkak maka motorik anak khususnya tangan dan kaki jadi lebih kuat lagi. Untuk menjalani tugas perkembangan berikutnya.
c.       Evaluasi Permainan : Pada usia 8-13 bulan bayi sudah mulai senang mengesot dan merangkak. Kepandaiannya merangkak membuat bayi tidak bisa diam dan ingin terus kesana-kemari. Maka kita sebagai orang dewasa harus bisa mengarahkan. Dengan mengarahkan bayi, perkembangan kognitifnya juga ikut berkembang. Sejalan dengan itu alat indera bayi semakin matang. Ketika merangkat, otot punggung dan bahu bayi sudah semakin terkontrol. Kekuatan ototnya ini akan membantunya merangkak dengan cepat.
4.    Permainan Spageti yang Enak (9-12 bulan)
a.       Cara Bermain : Siapkan spageti dan sendok serta garpu. Biarkan anak mengambil spageti tersebut dengan menggunakan sendok dan garpu.
b.      Manfaat Permainan : Menstimulus gerakan tangan agar lebih matang dan terampil. Disini dituntut ketepatan anak mengambil spageti dengan menggunakan alat. Yang pada akhirnya anak mampu mengendalikan gerakkan tangannya.
c.       Evaluasi Permainan : Keterampilan motorik memegang benda misalnya sendok, berkembang sejalan dengan peningkatan koordinasi mata dan tangan. Aktivitas yang melibatkan koordinasi mata dan tangan meningkat sesuai dengan pencapaian kemampuan control otot-otot penggerak mata. Kematangan untuk melakukan gerakan memegang dan mengangkat suatu objek melalui keterampilan yang dipelajari pada tahun pertama kehidupan bayi. Jadi melalui permainan inilah bayi akan terstimulus gerakkan tangan dan matanya. Walaupun pada akhirnya bayi belum mampu memasukkan spageti itu ke dalam mulutnya. Karena mungkin kemampuannya belum maksimal, ditambah lagi permukaan spageti yang licin.
5.    Permainan Menangkap Bola (9-12 bulan)
a.       Cara Bermain : Siapkan bola, lalu lemparkan ke arah anak, dan biarkan anak menangkapnya.
b.      Manfaat Permainan : Anak semakin mampu bergerak menyesuaikan posisi tubuh dan tangannya sesuai dengan benda yang akan ditangkap. Gerakkan tangan menjadi semakin efektif dan tidak kaku.
c.       Evaluasi Permainan : Permainan ini sebetulnya terlalu sulit untuk dilakukan oleh anak 9-12 bulan. Tetapi sebenarnya boleh dipraktekan pada anak usia 9-12 bulan, hanya saja kegiatannya lebih sederhana, yaitu menghentikan suatu benda yang mengulir di lantai dan benda yang ada di dekatnya. Menangkap bola lebih cocok untuk anak usia kurang lebih 3 tahun.
6.    Permainan Kepala Pundak Lutut Kaki (12-18 bulan)
a.       Cara Bermain : Anak-anak memegang bagian tubuh yang disebutkan.
b.      Manfaat bermain : anak mengenal bagian-bagian tubuhnya. Anak jadi belajar membungkuk.
c.       Evaluasi Permainan         : kegiatan tersebut seharusnya di lakukan pada anak yang berusia sekitar 2 tahun. Karena dalam permainan ini anak dituntut untuk membungkuk, selain itu kekuatan otot kakinya juga harus sudah seimbang. Sedangkan pada usia 12-18 bulan anak masih belum kuat untuk membungkuk karena mereka baru bisa berjalan.
7.    Permainan Gelembung Sabun (12-18 bulan)
a.       Cara Bermain : Tiupkan gelembung sabun, lalu biarkan anak menggapai dan memecahkannya.
b.      Manfaat Permainan : Menstimulus motorik kasar anak yaitu berjalan, berlari bahkan melompat.
c.       Evaluasi Permainan : Permainan gelembung sabun yang dilakukan ini sebaiknya jangan pada usia 12-18 bulan, berlari memerlukan peningkatan kekuatan kaki dan koordinasi yang lebih baik antara otot-otot penggerak dengan yang berlawanan pada saat kaki melangkah. Kekuatan kaki yang lebih besar diperlukan untuk menjejakkan satu kaki tumpu agar terjadi gerakan melayang dan untuk menahan berat pada pada saat kaki lainnya mendarat. Hal itu terlalu sulit untuk dilakukan anak pada usia dibawah 2 tahun. Pada usia 2-3 tahun anak-anak mulai mampu berlari agak lancar. Apa lagi meloncat diperlukan kekuatan otot kaki yang besar pula. Jadi, permainan ini belum saatnya diberikan pada anak.
8.    Permainan Harimau Mengejar (18-24 bulan)
a.       Cara Bermain : Kita (orang dewasa) berlari dan biarkan anak mengejar kita, atau pun sebaliknya.
b.      Manfaat Bermain : Menstimulus motorik kasar yaitu berlari.
c.       Evaluasi Permainan : Permainan harimau mengejar ini cocok untuk dilakukan pada usia 18-24 bulan, karena pada usia tersebut kekuatan otot kaki dan koordinasi antara otot penggerak dan otot-otot berlawanan sudah lebih baik, tetapi kemampuan kontrol untuk berhenti dengan cepat masih belum baik.
9.    Bermain Donat (12-18 bulan)
a.       Cara Bermain : Siapkan alat bermain menara donat lalu biarkan anak memasukkan potongan-potongan donat tersebut. Jika anak mengalami kesulitan bantulah.
b.      Manfaat Permainan : Menstimulus gerakkan jari dan tangan anak.
c.       Evaluasi Permainan : Permainan ini akan menstimulus gerakkan jari-jari anak dan kekuatan tangan. Anak dituntut untuk bisa mengrenggangkan jari tangannya, menggenggam benda dan juga memasukkan benda tepat pada lubangnya. Anak akan berusaha agar donat bisa masuk pada tempatnya.
10.    Permainan Bongkar Pasang (2-3 tahun)
a.       Cara Bermain : Siapkan puzzle terlebih dahulu. Lalu copot semua bagian dari puzzle dan biarkan anak menyusunnya kembali sampai terbentuk gambar atau bentuk tertentu.
b.      Manfaat Permainan : akan menstimulus keterampilan jari-jari tangan dan kognitif anak. Anak mengidentifikasi bentuk puzzle melalui alat inderanya.
c.       Evaluasi Permainan : permainan ini bisa disesuaikan dengan usia anak. Anak yang berusia antara 2 sampai 3 tahun bisa menggunakan bentuk puzzle yang lebih sederhana dibandingkan untuk anak yang berusia 3 tahun keatas. Permainan ini sangat bermanfaat bagi kognitif anak, karena kecerdasan motorik berkaitan juga dengan kognitif. Dalam permainan ini anak mulai berpikir bentuk, warna, dan gambar. Jadi anak akan berusaha untuk bisa menyelesaikannya.
11.  Latihan Gerak Dasar (3-6 tahun )
Kegiatan ini dimulai dengan eksplorasi gerakan-gerakan tubuh dan meningkat ke gerakan campuran. Gerakan tersebut diantaranya:
a.       Berjalan dan berlari perorangan
Berlari menjelajahi ruangan secara perorangan dengan langkah pendek, langkah biasa, dan langkah panjang juga divariasi dengan berlari jinjit dengan tumpuan ujung kaki atau tumit di atas satu garis lurus.
b.      Berjalan dan berlari secara bersama
Berjalan dan berlari menjelajahi ruangan atau lapangan berdua sambil berpegangan tangan dengan langkah biasa, langkah pendek dan langkah panjang.
c.       Berjalan dan berlari dengan berbagai cara ( berdua, bertiga, berempat, dan seterusnya)
Berjalan dan berari ke berbagai arah seperti berjalan ke samping kanan, samping kiri, serong kanan, serong kiri dengan bergandengan tangan.
d.      Melompat ke berbagai arah secara individual
Kegiatan ini dilakukan dengan tumpuan satu kaki (melompat) dan dilakukan dengan tumpuan dua kaki (meloncat). Melompat ke depan dengan cara bertolak dengan kaki kiri, lalu mendarat dengan kaki kiri dan sebaliknya. Melompat ke atas dengan cara bertolak dengan kaki kiri, lalu mendarat dengan kaki kanan dan sebaliknya. Meloncat dengan tumpuan dua kaki seperti menirukan katak dan kelinci meloncat.
e.       Melompat ke berbagai arah secara bersama (dengan teman)
Melompat ke depan sambil bergandengan tangan dengan cara bertolak dengan kaki kiri, lalu mendarat dengan kaki kanan dan sebaliknya. Gerakan ini bisa divariasi dengan melompat ke belakang maupun ke samping kanan kiri dengan cara bergandengan.
f.       Gerakan kombinasi berjalan, berlari dan melompat secara individual
Gerakan ini bisa dilakukan dengan gerakan berjalan ke depan, melompat ke samping kanan maupun kiri.
g.      Gerakan tubuh dengan alat bantu
Gerakan ini bisa dilakukan dengan cara melompati tali yang direntangkan dengan ketinggian yang bertahap. Berjalan merangkak dan melompat di atas papan keseimbangan. Menggelindingkan simpe dengan cara berpasangan, berkelompok atau secara individual. Merangkak dalam simpe dengan cara berkelompok. Memantulkan bola ke tembok dan menangkapnya. Sambil berjalan memantulkan bola ke lantai. Bermain bola gelinding berpasangan sambil duduk berhadapan di lantai dengan jarak tertentu. Melambungkan dan menangkap bola secara berpasangan. Melempar dan menangkap kantong biji-bijian.
h.      Melakukan gerakan fantasi menurut cerita (senam fantasi)
Kegiatan ini dilakukan guru dengan cara memberi contoh dalam bentuk cerita dan anak-anak melakukan gerakan yang tergambar dari cerita dengan judul yang telah ditentukan oleh guru. Dalam hal ini, guru harus memilih cerita yang terdapat banyak gerak di dalamnya yang dilakukan oleh tokoh cerita tersebut.
i.        Melakukan gerakan-gerakan tubuh berdasarkan lirik lagu (gerak dan lagu)
Kegiatan ini meniru contoh gerakan kepala, pundak, lutut, kaki, ”Aku seorang kapiten”, ”Tukang Kayu”. Anak-anak bernyanyi sambil melakukan gerakan yang ada dalam lagu itu.
j.        Melakukan gerakan-gerakan tubuh berdasarkan irama atau ritmik melalui tape recorder
Dengan unsur-unsur gerak jalan maju, mundur, menyamping, langkah kecil, langkah besar, tinggi, berat. Langkah pertama adalah pengenalan ritmik yang perlu dilatih kemudian anak-anak dibiarkan bergerak dengan iringan musik instrumental dengan perasaan masing-masing dan kreativitas sendiri-sendiri.
k.      Melakukan gerakan halus (motorik halus)
Ada dua komponen gerak yang mudah dipahami anak, yaitu kekuatan dan kelenturan. Anak dapat mengukur kekuatannya dengan cara melemparkan bola atau kantong biji dengan jarak tertentu. Anak juga dapat mencoba mengukur kelenturan sendiri dengan membungkukkan tubuhnya untuk memegang ibu jari kaki tanpa menekukkan lutut. Guru memprogramkan kegiatan untuk melatih kekuatan dan kelenturan anak didik dengan memperhatikan gerak-gerak dasar dalam bermain. Misalnya, dengan tema pekerjaan dan sub tema petani. Kegiatannya senam fantasi menurut cerita. Dalam kegiatan ini cerita yang dikarang guru hendaknya terdapat banyak gerakan yang dapat dilakukan anak didik. Guru bercerta tanpa memberi contoh gerakan-gerakan sehingga anak melakukan gerakan-gerakan menurut fantasi dan kreativitas mereka masing-masing. Anak seolah-olah menjadi pelaku-pelaku dalam cerita tersebut dan mengalami sendiri perasaan dalam cerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 20 Juni 2012

Pengaruh Bermain Terhadap Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Bermain adalah hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa pra sekolah. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan kepibadiannya. Bermain bagi seorang anak tidak sekedar mengisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan bermain pada anak pra sekolah mempunyai nilai positif terhadap perkembangan kepibadiannya



Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalam bermain, yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.



A.      Pengertian Bermain
Hurlock (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005) menyatakan “Bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela, tanpa paksaaan atau tekanan dari pihak luar”. Walaupun sama-sama mengandung unsur aktivitas, bermain dibedakan dari bekerja. Bekerja merupakan kegiatan yang berorientasi pada hasil akhir, sedangkan bermain tidak. Hasil akhir dalam kegiatan bermain bukanlah sesuatu hal yang penting. Kegiatan dalam bermain menimbulkan kesenangan bagi pelakunya, sedangkan dalam bekerja efek tersebut tidak selalu muncul.
Lebih lanjut Catron & Allen (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005) mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang optimal. Kegiatan Bermain adalah suatu kebutuhan yang mau tidak mau harus terpenuhi, sebab dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak.

B.       Karakteristik Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan sekaligus memiliki unsur pendidikan bagi anak. Dockett dan Fleer (dalam  http://paudtara.blogspot.com/)  menyatakan bahwa suatu ativitas dikatakan bermain jika ia memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.    Simbolik
Bermain pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan anak untuk mengemukakan berbagai ide dan gagasannya ke dalam bentuk-bentuk simbolik yang mewakili berbagai benda, orang atau pun aktivitas yang diketahuinya. Karateristik ini terlihat ketika anak memainkan balok yang diibaratkan sebagai kereta api, anak berperan sebagai seorang ibu yang sedang memasak, bahkan sebagai ibu dari boneka yang dinggap sebagai anaknya.
2.    Bermakna
Bermain pada hakikatnya adalah kegiatan memainkan berbagai pengalaman, keterampilan, dan pemahaman yang dapat dilakukannya sejalan dengan apa yang telah diketahui anak.
3.    Aktif
Kegiatan bermain adalah kegiatan aktif yang dilakukan anak dengan melibatkan berbagai jenis aktivitas baik fisik, psikis, maupun imajinasinya.
4.    Menyenangkan
Bermain adalah segala sesuatu yang dilakukan yang dapat memberikan rasa senang, kegembiraan, dan keceriaan pada anak.
5.    Motivasional
Bermain adalah segala jenis kegiatan yang dilakukan atas dasar dorongan dari dalam diri anak sehingga anak melakukannya dengan penuh semangat.
6.    Beraturan
Segala bentuk permainan memiliki aturan-aturan, baik dalam hal waktu, lingkungan, maupun peralatannya. Hal inilah yang menyebabkan anak dapat melakukan berbagai jenis permainan jika waktunya ada, lingkungannya mendukung, dan peralatannya tersedia.
7.    Berepisode
Bermain memiliki tahapan yakni tahapan awal, tengah, dan akhir dalam satu  tema tertentu yang dipilih anak. Jika sebuah permainan telah memasuki tahap akhir, biasanya anak akan memainkan permainan baru.
Seluruh karakteristik tersebut berhubungan dengan bermain, walaupun dalam kenyataannya tidak semua karakteristik berada pada satu permainan yang sama.

C.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permainan Anak
Bermain merupakan salah satu hak anak yang sering terlupakan karena dianggap kurang penting. Padahal, dari kegiatan yang dianggap kurang penting tersebut orangtua akan dapat melihat perkembangan anaknya baik dari sisi fisik maupun psikologis. Permainan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Elizabeth B. Hurlock (dalam http://www.pustakabumi.com/) ada delapan faktor yang dapat mempengaruhi permainan anak, yaitu:
  1. Kesehatan
Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif seperti permainan dan olahraga.
  1. Perkembangan motorik
Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
  1. Inteligensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang anak yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikan.
  1. Jenis kelamin
Pada awal masa kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak, tetapi terjadi sebaliknya pada akhir masa kanak-kanak.
  1. Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya, karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang.
  1. Status sosial ekonomi
Kelas sosial mempengaruhi jenis kegiatan yang dipilih oleh anak. Demikian halnya dengan buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimiliki dan supervisi terhadap mereka.
  1. Jumlah waktu bebas
Jika tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar.
  1. Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya, misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan pura-pura; banyaknya balok, kayu, cat air dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.

D.      Pengertian Perkembangan dan Perkembangan Fisik Motorik
Menurut Van Den Daele perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman yang berubah secara kualitatif. Sedangkan Lerner & Hultsch menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang teratur dan bersistem yang terjadi di dalam diri seseorang dan juga melihat adanya perbedaan perkembangan antar individu.
Harlock dalam Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin (2011)  menjelaskan bahwa secara umum pekembangan fisik anak mencakup 4 aspek, yaitu :
1.      Sistem syaraf
2.      Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik
3.      Kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru
4.      Struktur fisik/tubuh meliputi tinggi, berat,dan porporsi tubuh
Pertumbuhan fisik setiap anak berbeda, namun seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang perkembangan motorik anak dapat terkoordinasi dengan baik.

E.       Karakteristik Keterampilan Koordinasi Gerakan Motorik Anak Usia Dini
Martin Jamaris dalam Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin (2011) menyatakan bahwa kecerdasan jamak yang berkaitan erat dengan kecerdasan kinestetik pada anak mencakup kemampuan anak dalam kepekaan dan keterampilan dalam mengontrol dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan tubuh serta terampil dalam menggunakan peralatan tertentu yang dimanfaatkan anak dalam aktivitas bermainnya.
1.    Keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar
Keterampilan koordinasi motorik kasar meliputi kegiatan seluruh tubuh atau sebagian tubuh. Keterampilan koordinasi motorik kasar mencakup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan dan kekuatan. Keterampilan koordinasi motorik kasar dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu : 
a.       Keterampilan lokomotor
Keterampilan lokomotor meliputi gerak tubuh yang berpindah tempat yaitu: berjalan, berlari, melompat, meluncur, berguling, menderap, menjatuhkan diri, dan bersepeda. Keterampilan lokomotor membantu mengembangkan kesadaran anak akan tubuhnya  dalam ruang. Kesadaran ini disebut kesadaran persepsi motorik yang meliputi kesadaran akan tubuh sendiri, waktu, hubungan ruang (spasial), konsep arah, visual dan pendengaran. Kesadaran ini akan terlihat dari usaha anak meniru gerakan-gerakan anak lain atau gurunya.
b.      Keterampilan non lokomotor
Keterampilan non lokomotor,yaitu menggerakkan anggata tubuh dengan posisi tubuh diam di tempat seperti : berayun, mengangkat,bergoyang,merentang, memeluk, melengkung, memutar, membungkuk,mendorong.keterampilan ini sering di kaitkan dengan keseimbangan atau kestabilan tubuh,yaitu gerakan yg membutuhkan keseimbangan pada taraf tertentu.
c.       Keterampilan manipulatif / memproyeksi
Keterampilan manipulatif, meliputi penggunaan serta pengontrolan  gerakan otot-otot kecil yang terbatas, terutama yang berada di tangan dan kaki. Keterampilan  gerakan manipulatif,antara lain meregang, memeras, menarik, menggegam, memotong, meronce, membentuk, menggunting dan menulis. Keterampilan memproyeksi, menangkap dan menerima. Keterampilan ini  dapat dilihat pada waktu anak menangkap bola, menggiring bola, melempar bola , menendang bola, melambungkan bola, memukul dan menarik.
2.        Keterampilan gerakan motorik halus
Bealty dalam Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin (2011), mengungkapkan bahwa perkembangan motorik halus pada anak mencakup kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan, dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari jemari. Kemampuan motorik halus juga menjadi jembatan bagi anak untuk mengembangkan aspek kecerdasan jamak terkait dengan kecerdasan kinestik tubuh (Moleong dalam Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin (2011). Beberapa aktivitas motorik halus anak :  
a.         Dapat menggunakan gunting untuk memotong kertas
b.         Dapat memasang dan memmbuka kancing dan resleting
c.         Dapat menahan kertas dengan satu tangan , sementara tangan yang lain digunakan untuk menggambar, menulis atau kegiatan lainnya.
d.        Dapat memasukkan benang ke dalam jarum
e.         Dapat meronce manik-manik
f.          Dapat membentuk dengan plastisin/was
g.         Dapat melipat kertas untuk dijadikan suatu bentuk.


F.   Prinsip-prinsip Pelaksanaan Kegiatan Fisik  Motorik
Prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan fisik  motorik di PAUD meliputi :
a.    Kegiatan dalam bentuk permainan
b.    Menciptakan suasana gembira dan menyenangkan
c.    Gerakannya bervariasi
d.   Dilakukan tiap hari, baik secara formal maupun diselipkan diantara kegiatan yang direncanakan
e.    Berencana dan bertahap
f.       Diatur sesuai dengan  kebutuhan anak untuk bermain dan bergerak
Disamping prinsip pelaksanaan tersebut diatas agar tujuan pembelajaran tercapai perlu juga didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, situasi lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan, tenaga guru yang memiliki kemampuan/ kompetensi membimbing anak usia dini dan peran serta orang tua dan masyarakat.
Berdasarkan keterampilan koordinansi motorik kasar tersebut diatas, maka anak usia TK sudah dapat melakukan berbagai aktivitas sebagai berikut :
a.    Mengendarai sepeda roda  dua dan roda tiga
b.    Berlalri dan berhenti, berlari dengan sempurna
c.    Menaiki dan memanjat tangga gimnastik
d.   Melompat dan meloncat
e.    Berdiri dengan satu kaki (keseimbangan)
f.       Dapat mengikuti irama musik
g.    Dapat menendang bola, melempar bola, dst
                                      
G.      Pengaruh Bermain Terhadap Perkembangan Fisik Motorik Anak
Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak yang meliputi dunia fisik, sosial dan kognitif. Bermain berkaitan erat dengan pertumbuhan anak. Kegiatan bermain memiliki kekuatan untuk menggerakkan perkembangan anak. Pada masa anak-anak, bermain merupakan landasan bagi perkembangan mereka karena bermain merupakan bagian dari perkembangan sekaligus sumber energi perkembangan itu sendiri.
Pengaruh bermain terhadap perkembangan fisik-motorik pada anak usia 4-6 tahun berpusat pada kontrol gerak motorik kasar anak. Melalui bermain, anak dapat mengontrol gerak motor kasar. Pada saat itulah, mereka dapat mempraktekkan semua gerakan motorik kasar seperti berlari, meloncat dan melompat. Anak-anak terdorong untuk mengangkat, membawa, berjalan atau meloncat, berputar dan beralih respon untuk irama.
Anak usia 4 hingga 6 tahun perlu bermain aktif. Mereka dapat melempar, menangkap, menendang, memukul, bersepeda roda dua dan meluncur. Saat ini banyak anak yang menghabiskan waktunya untuk aktivitas pasif, seperti menonton televisi atau video. Anak itu membutuhkan kesempatan untuk memanjat, berayun, mendorong, menarik, berlari, meloncat, melompat dan berjalan dalam rangka menguasai tubuh mereka.
Pengaruh bermain terhadap perkembangan fisik-motorik pada anak usia 4-6 tahun juga berpusat pada penguasaan keterampilan motorik halus. Melalui bermain anak dapat mempraktekkan  keterampilan motorik halus mereka seperti menjahit, menata puzzle, memaku paku ke papan, meniti balok titian, melompati berbagai objek, melompati tali, melompat dan turun melewati beberapa anak tangga, memanjat, koordinasi gerakan berenang, mengendarai sepeda roda dua dan mengecat. Perkembangan dan kemampuan motorik halus anak dapat dipacu dengan menyediakan kesempatan yang luas kepada mereka yang mencoba, menyediakan perangkat-perangkat yang memadai dan dibutuhkan, serta memberikan bantuan yang dibutuhkan. Bukti menunjukkan bahwa pengalaman-pengalaman anak  dan antisipasikultural amat kondusif bagi perkembangan keterampilan motorik halus ini.

H.      Permainan yang Mengembangkan Fisik Motorik Anak
Bermain merupakan aktivitas yang amat disukai anak dan melalui bermain inilah anak mampu mengembangkan fisik motoriknya secara optimal. Dini Sulistya Utami (dalam http://lunnablog-luna.blogspot.com) menyebutkan beberapa permainan yang dapat dilakukan anak sesuai tahapan usianya :
1.    Permainan Main Gelembung (0-3 bulan)
a.    Cara bermain  : Siapkan jolang mandi terlebih dahulu, isi dengan air kemudian letakkan handuk didasar jolang agar pantat anak tidak lecet. Tuang sabun mandi pada jolang yang berisi air tersebut. Lalu kocok dan masukkan bayi pada jolang lalu gosokkan pada badan bayi. Biarkan ia bermain dengan air, dan biarkan tangan bayi bergerak bebas.
b.    Manfaat bermain  : Permainan ini bagus untuk bayi usia 0-3 bulan, karena pada permainan  ini bayi mulai dikenalkan pada air, sabun, dan sentuhan orang dewasa.  Inderanya bisa mulai berfungsi. Motoriknya mulai berkembang, yaitu gerakan tangan.
c.    Evaluasi Permainan : Permainan ini cocok bayi diusia 0-3 bulan, karena pada mulanya bayi hanya mampu melakukan gerakkan-gerakkan yang sederhana dan dilakukan dengan lemah yaitu gerakan tangannya yang sederhana. Sambil tertawa karena bayi merasakan kegembiraan tersendiri ketika ia bertemu dengan hal baru yang menyenangkan. Sejalan dengan itu, keterampilan motorik tangan juga terasah. Disini bayi bisa memegang tangan orang dewasa, ataupun bermain dengan air sabun.
2.    Permainan Krincing-Krincing (3-6 bulan)
a.         Cara Bermain : Kita siapkan pita dan bel atau lonceng kecil. Lalu ikatkan lonceng-lonceng itu pada pita. Kemudian ikatkan pada tangan dan kaki bayi. Biarkan bayi menggerak-gerakkan tangan dan kakinya hingga terdengar bunyi lonceng.
b.        Manfaat bermain : Permainan ini tentu bermanfaat bagi perkembangan motorik anak, dan permainan ini cocok untuk bayi diusia tersebut karena untuk lebih meningkatkan gerakkan kaki dan tangannya. Perkembangan motorik memegangnya cukup terstimulus karena bayi mencoba untuk memegang benda yang mengeluarkan suara tersebut.
c.         Evaluasi Permainan : Dalam bergerak, bayi harus menyadari keadaan disekelilingnya. Mereka harus memanfaatkan indera, dan memahami bagian-bagian tubuh yang digerakkan. Kesadaran motorik membantu seseorang menafsirkan rangsangan. Dalam permainan ini kesadaran motorik alat indera lebih diperlukan. Karena alat indera lah yang digunakan anak untuk mengenali lingkungan disekeliling bayi sehingga dengan indera tersebut bayi dapat berinteraksi. Bayi akan berkenalan dengan bunyi dan melatih alat pendengarannya. Dalam permainan ini bayi berusaha untuk dapat membunyikan lonceng tersebut. Hingga bayi tersebut tahu cara untuk membunyikannya yaitu dengan menggerakkan tangan dan kakinya. Sehingga motorik bayi bisa berkembang.
3.    Permainan Merangkak di Terowongan (9-12 bulan)
a.       Cara Bermain : Siapkan benda yang bisa dibuat menjadi terowongan. Lalu suruh anak melewati terowongan itu dengan dibantu oleh petunjuk dari orang dewasa. Disini kita bisa menarik perhatian anak dengan menggunakan boneka atau mainan yang akan membuat anak tertarik. Hingga akhirnya anak bisa melewati terowongan tersebut dengan cara merangkak.
b.      Manfaat Permainan : Permainan ini dapat menstimulus otot kaki dan otot tangan juga kekuatan kaki dan tangannya. Dengan cara merangkak maka motorik anak khususnya tangan dan kaki jadi lebih kuat lagi. Untuk menjalani tugas perkembangan berikutnya.
c.       Evaluasi Permainan : Pada usia 8-13 bulan bayi sudah mulai senang mengesot dan merangkak. Kepandaiannya merangkak membuat bayi tidak bisa diam dan ingin terus kesana-kemari. Maka kita sebagai orang dewasa harus bisa mengarahkan. Dengan mengarahkan bayi, perkembangan kognitifnya juga ikut berkembang. Sejalan dengan itu alat indera bayi semakin matang. Ketika merangkat, otot punggung dan bahu bayi sudah semakin terkontrol. Kekuatan ototnya ini akan membantunya merangkak dengan cepat.
4.    Permainan Spageti yang Enak (9-12 bulan)
a.       Cara Bermain : Siapkan spageti dan sendok serta garpu. Biarkan anak mengambil spageti tersebut dengan menggunakan sendok dan garpu.
b.      Manfaat Permainan : Menstimulus gerakan tangan agar lebih matang dan terampil. Disini dituntut ketepatan anak mengambil spageti dengan menggunakan alat. Yang pada akhirnya anak mampu mengendalikan gerakkan tangannya.
c.       Evaluasi Permainan : Keterampilan motorik memegang benda misalnya sendok, berkembang sejalan dengan peningkatan koordinasi mata dan tangan. Aktivitas yang melibatkan koordinasi mata dan tangan meningkat sesuai dengan pencapaian kemampuan control otot-otot penggerak mata. Kematangan untuk melakukan gerakan memegang dan mengangkat suatu objek melalui keterampilan yang dipelajari pada tahun pertama kehidupan bayi. Jadi melalui permainan inilah bayi akan terstimulus gerakkan tangan dan matanya. Walaupun pada akhirnya bayi belum mampu memasukkan spageti itu ke dalam mulutnya. Karena mungkin kemampuannya belum maksimal, ditambah lagi permukaan spageti yang licin.
5.    Permainan Menangkap Bola (9-12 bulan)
a.       Cara Bermain : Siapkan bola, lalu lemparkan ke arah anak, dan biarkan anak menangkapnya.
b.      Manfaat Permainan : Anak semakin mampu bergerak menyesuaikan posisi tubuh dan tangannya sesuai dengan benda yang akan ditangkap. Gerakkan tangan menjadi semakin efektif dan tidak kaku.
c.       Evaluasi Permainan : Permainan ini sebetulnya terlalu sulit untuk dilakukan oleh anak 9-12 bulan. Tetapi sebenarnya boleh dipraktekan pada anak usia 9-12 bulan, hanya saja kegiatannya lebih sederhana, yaitu menghentikan suatu benda yang mengulir di lantai dan benda yang ada di dekatnya. Menangkap bola lebih cocok untuk anak usia kurang lebih 3 tahun.
6.    Permainan Kepala Pundak Lutut Kaki (12-18 bulan)
a.       Cara Bermain : Anak-anak memegang bagian tubuh yang disebutkan.
b.      Manfaat bermain : anak mengenal bagian-bagian tubuhnya. Anak jadi belajar membungkuk.
c.       Evaluasi Permainan         : kegiatan tersebut seharusnya di lakukan pada anak yang berusia sekitar 2 tahun. Karena dalam permainan ini anak dituntut untuk membungkuk, selain itu kekuatan otot kakinya juga harus sudah seimbang. Sedangkan pada usia 12-18 bulan anak masih belum kuat untuk membungkuk karena mereka baru bisa berjalan.
7.    Permainan Gelembung Sabun (12-18 bulan)
a.       Cara Bermain : Tiupkan gelembung sabun, lalu biarkan anak menggapai dan memecahkannya.
b.      Manfaat Permainan : Menstimulus motorik kasar anak yaitu berjalan, berlari bahkan melompat.
c.       Evaluasi Permainan : Permainan gelembung sabun yang dilakukan ini sebaiknya jangan pada usia 12-18 bulan, berlari memerlukan peningkatan kekuatan kaki dan koordinasi yang lebih baik antara otot-otot penggerak dengan yang berlawanan pada saat kaki melangkah. Kekuatan kaki yang lebih besar diperlukan untuk menjejakkan satu kaki tumpu agar terjadi gerakan melayang dan untuk menahan berat pada pada saat kaki lainnya mendarat. Hal itu terlalu sulit untuk dilakukan anak pada usia dibawah 2 tahun. Pada usia 2-3 tahun anak-anak mulai mampu berlari agak lancar. Apa lagi meloncat diperlukan kekuatan otot kaki yang besar pula. Jadi, permainan ini belum saatnya diberikan pada anak.
8.    Permainan Harimau Mengejar (18-24 bulan)
a.       Cara Bermain : Kita (orang dewasa) berlari dan biarkan anak mengejar kita, atau pun sebaliknya.
b.      Manfaat Bermain : Menstimulus motorik kasar yaitu berlari.
c.       Evaluasi Permainan : Permainan harimau mengejar ini cocok untuk dilakukan pada usia 18-24 bulan, karena pada usia tersebut kekuatan otot kaki dan koordinasi antara otot penggerak dan otot-otot berlawanan sudah lebih baik, tetapi kemampuan kontrol untuk berhenti dengan cepat masih belum baik.
9.    Bermain Donat (12-18 bulan)
a.       Cara Bermain : Siapkan alat bermain menara donat lalu biarkan anak memasukkan potongan-potongan donat tersebut. Jika anak mengalami kesulitan bantulah.
b.      Manfaat Permainan : Menstimulus gerakkan jari dan tangan anak.
c.       Evaluasi Permainan : Permainan ini akan menstimulus gerakkan jari-jari anak dan kekuatan tangan. Anak dituntut untuk bisa mengrenggangkan jari tangannya, menggenggam benda dan juga memasukkan benda tepat pada lubangnya. Anak akan berusaha agar donat bisa masuk pada tempatnya.
10.    Permainan Bongkar Pasang (2-3 tahun)
a.       Cara Bermain : Siapkan puzzle terlebih dahulu. Lalu copot semua bagian dari puzzle dan biarkan anak menyusunnya kembali sampai terbentuk gambar atau bentuk tertentu.
b.      Manfaat Permainan : akan menstimulus keterampilan jari-jari tangan dan kognitif anak. Anak mengidentifikasi bentuk puzzle melalui alat inderanya.
c.       Evaluasi Permainan : permainan ini bisa disesuaikan dengan usia anak. Anak yang berusia antara 2 sampai 3 tahun bisa menggunakan bentuk puzzle yang lebih sederhana dibandingkan untuk anak yang berusia 3 tahun keatas. Permainan ini sangat bermanfaat bagi kognitif anak, karena kecerdasan motorik berkaitan juga dengan kognitif. Dalam permainan ini anak mulai berpikir bentuk, warna, dan gambar. Jadi anak akan berusaha untuk bisa menyelesaikannya.
11.  Latihan Gerak Dasar (3-6 tahun )
Kegiatan ini dimulai dengan eksplorasi gerakan-gerakan tubuh dan meningkat ke gerakan campuran. Gerakan tersebut diantaranya:
a.       Berjalan dan berlari perorangan
Berlari menjelajahi ruangan secara perorangan dengan langkah pendek, langkah biasa, dan langkah panjang juga divariasi dengan berlari jinjit dengan tumpuan ujung kaki atau tumit di atas satu garis lurus.
b.      Berjalan dan berlari secara bersama
Berjalan dan berlari menjelajahi ruangan atau lapangan berdua sambil berpegangan tangan dengan langkah biasa, langkah pendek dan langkah panjang.
c.       Berjalan dan berlari dengan berbagai cara ( berdua, bertiga, berempat, dan seterusnya)
Berjalan dan berari ke berbagai arah seperti berjalan ke samping kanan, samping kiri, serong kanan, serong kiri dengan bergandengan tangan.
d.      Melompat ke berbagai arah secara individual
Kegiatan ini dilakukan dengan tumpuan satu kaki (melompat) dan dilakukan dengan tumpuan dua kaki (meloncat). Melompat ke depan dengan cara bertolak dengan kaki kiri, lalu mendarat dengan kaki kiri dan sebaliknya. Melompat ke atas dengan cara bertolak dengan kaki kiri, lalu mendarat dengan kaki kanan dan sebaliknya. Meloncat dengan tumpuan dua kaki seperti menirukan katak dan kelinci meloncat.
e.       Melompat ke berbagai arah secara bersama (dengan teman)
Melompat ke depan sambil bergandengan tangan dengan cara bertolak dengan kaki kiri, lalu mendarat dengan kaki kanan dan sebaliknya. Gerakan ini bisa divariasi dengan melompat ke belakang maupun ke samping kanan kiri dengan cara bergandengan.
f.       Gerakan kombinasi berjalan, berlari dan melompat secara individual
Gerakan ini bisa dilakukan dengan gerakan berjalan ke depan, melompat ke samping kanan maupun kiri.
g.      Gerakan tubuh dengan alat bantu
Gerakan ini bisa dilakukan dengan cara melompati tali yang direntangkan dengan ketinggian yang bertahap. Berjalan merangkak dan melompat di atas papan keseimbangan. Menggelindingkan simpe dengan cara berpasangan, berkelompok atau secara individual. Merangkak dalam simpe dengan cara berkelompok. Memantulkan bola ke tembok dan menangkapnya. Sambil berjalan memantulkan bola ke lantai. Bermain bola gelinding berpasangan sambil duduk berhadapan di lantai dengan jarak tertentu. Melambungkan dan menangkap bola secara berpasangan. Melempar dan menangkap kantong biji-bijian.
h.      Melakukan gerakan fantasi menurut cerita (senam fantasi)
Kegiatan ini dilakukan guru dengan cara memberi contoh dalam bentuk cerita dan anak-anak melakukan gerakan yang tergambar dari cerita dengan judul yang telah ditentukan oleh guru. Dalam hal ini, guru harus memilih cerita yang terdapat banyak gerak di dalamnya yang dilakukan oleh tokoh cerita tersebut.
i.        Melakukan gerakan-gerakan tubuh berdasarkan lirik lagu (gerak dan lagu)
Kegiatan ini meniru contoh gerakan kepala, pundak, lutut, kaki, ”Aku seorang kapiten”, ”Tukang Kayu”. Anak-anak bernyanyi sambil melakukan gerakan yang ada dalam lagu itu.
j.        Melakukan gerakan-gerakan tubuh berdasarkan irama atau ritmik melalui tape recorder
Dengan unsur-unsur gerak jalan maju, mundur, menyamping, langkah kecil, langkah besar, tinggi, berat. Langkah pertama adalah pengenalan ritmik yang perlu dilatih kemudian anak-anak dibiarkan bergerak dengan iringan musik instrumental dengan perasaan masing-masing dan kreativitas sendiri-sendiri.
k.      Melakukan gerakan halus (motorik halus)
Ada dua komponen gerak yang mudah dipahami anak, yaitu kekuatan dan kelenturan. Anak dapat mengukur kekuatannya dengan cara melemparkan bola atau kantong biji dengan jarak tertentu. Anak juga dapat mencoba mengukur kelenturan sendiri dengan membungkukkan tubuhnya untuk memegang ibu jari kaki tanpa menekukkan lutut. Guru memprogramkan kegiatan untuk melatih kekuatan dan kelenturan anak didik dengan memperhatikan gerak-gerak dasar dalam bermain. Misalnya, dengan tema pekerjaan dan sub tema petani. Kegiatannya senam fantasi menurut cerita. Dalam kegiatan ini cerita yang dikarang guru hendaknya terdapat banyak gerakan yang dapat dilakukan anak didik. Guru bercerta tanpa memberi contoh gerakan-gerakan sehingga anak melakukan gerakan-gerakan menurut fantasi dan kreativitas mereka masing-masing. Anak seolah-olah menjadi pelaku-pelaku dalam cerita tersebut dan mengalami sendiri perasaan dalam cerita.

0 komentar: