CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 01 Juli 2013

Jenis Makanan dan Minuman yang Membahayakan untuk AUD


4 MACAM ZAT ADITIF DALAM MAKANAN DAN MINUMAN YANG BERBAHAYA JIKA DIKONSUMSI OLEH ANAK
Berikut 4 macam zat aditif dalam makanan dan minuman yang berbahaya jika dikonsumsi oleh anak, antara lain:


1. Pemanis buatan
Beberapa jenis pemanis buatan baru-baru ini juga ditemukan dalam permen karet, minuman ringan, camilan dan bahkan makanan sehat seperti yoghurt sekalipun. Tubuh tidak dapat mengenali zat yang terkandung dalam pemanis buatan, sehingga ketika proses metabolisme tubuh mengolah zat asing tersebut akan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan.

Efek berbahaya dari pemanis buatan termasuk sakit kepala, pusing, kejang, gangguan penglihatan, dan stroke. Hal ini tentu saja dapat membahayakan kondisi seseorang yang sedang hamil.

Indikator umum bahwa produk makanan tertentu mengandung pemanis buatan adalah dengan memberikan label 'tanpa gula' atau 'diet'. Meskipun terlalu banyak gula buruk bagi kesehatan, tetapi gula jauh lebih baik bila dibandingkan dengan pemanis buatan.

2. Monosodium glutamat (MSG)

MSG adalah penyedap rasa yang umumnya digunakan dalam masakan seperti sup, makanan ringan seperti keripik dan lain sebagainya. Zat aditif ini dikategorikan sebagai eksitoksin, yang menyebabkan sel-sel otak menjadi hiperaktif dalam aktivitasnya untuk berkomunikasi dengan sel-sel lain.

MSG telah terbukti dapat meningkatkan risiko terhadap kanker, penyakit jantung, obesitas, dan gangguan perilaku yang berbahaya jika dikonsumsi oleh orang yang sedang hamil.

Sayangnya, untuk mengenali adanya kandungan MSG dalam makanan kemasan cukup sulit karena disamarkan dalam banyak nama. Cara terbaik untuk menghindari MSG adalah menghindari makanan cepat saji, makanan olahan dan makanan kemasan yang memiliki rasa gurih yang terlalu kuat.

3. Nitrat

Nitrat adalah zat aditif yang seringkali digunakan dalam daging, hot dog, dan sejenisnya. Ketika daging yang mengandung nitrat dimasak, akan dilepaskan suatu senyawa karsinogenik yang telah diketahui berhubungan dengan berbagai macam kanker.

Penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi bahan kimia ini selama kehamilan meningkatkan risiko yang lebih tinggi terhadap tumor otak pada anak. Nitrat awalnya digunakan untuk mengawetkan daging dan mencegah botulisme.

Tetapi para produsen daging kini menggunakannya untuk memberi warna sedikit kemerahan untuk menarik minat beli pelanggan. Berhati-hatilah dalam berbelanja daging dengan berbelanja di pasar lokal yang mungkin lebih aman.

4. Pestisida

Buah dan sayuran yang dijual secara komersial, umumnya dirawat dengan menggunakan pestisida dan herbisida oleh para petani agar mendapatkan hasil yang banyak dan bagus. Tetapi, bahan kimia ini dapat memiliki efek berbahaya pada janin, terutama selama tahap perkembangan.

Cara terbaik untuk menghindari hal ini adalah makan buah-buahan dan sayuran organik, menggunakan air filter karbon untuk menghilangkan zat aditif dari air minum, dan memilih untuk tidak menggunakan insektisida untuk membersihkan rumah dari serangga.


MAKANAN YANG TIDAK BOLEH DAN BOLEH DIMAKAN SI KECIL


Jika Ibu dan Bapak masih bingung memilih makanan yang pas untuk sang buah hati, simaklah ulasan ahlinya di bawah ini. Dijamin, Bapak dan Ibu tidak akan bingung lagi.

Ada yang menganjurkan, bayi harus diberi pisang agar tak kelaparan. Bahkan, ada pula yang menganjurkan agar bayi diberi nasi yang sudah diulek halus. Soalnya, bayi, kan, cuma minum ASI. Jadi, dikhawatirkan si bayi akan kelaparan.

Tentu saja, anjuran tersebut tak boleh diikuti. Pasalnya, sampai usia sekitar 3-4 bulan, makanan bayi memang cuma ASI. Lagi pula, tutur dr. Dadang Primana, MSc, SpGZ, SpKO, “bila diberikan makanan lain, usus dan ginjal bayi bisa terganggu karena fungsi organ tubuh bayi belum sempurna.”

Jadi, bisa membahayakan bayi. Jangankan makanan tambahan, susu formula saja sebenarnya juga tak dianjurkan. Pemberian susu formula lebih dianjurkan setelah bayi berusia 5-6 bulan. Soalnya, di usia tersebut, berat badan bayi sekitar 6,5 kg sehingga kebutuhan susunya bertambah. “Disamping, pada saat itu produksi ASI juga sudah mulai berkurang, sehingga diperlukanlah tambahan susu formula,” terang Dadang.

ASI YANG TERBAIK

Jadi, makanan yang terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI, karena ASI sudah mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembangnya. “Dalam ASI juga terdapat zat anti infeksi yang berasal dari ibu, sehingga bayi tak mudah terserang penyakit,” tutur Dadang. Disamping tentunya ASI lebih praktis, murah, dan bersih. Lagi pula, ketika bayi menyusu ASI, ibu pasti akan mendekap bayinya sehingga memberikan rasa aman dan perlindungan pada bayi.

Tak hanya itu, dalam ASI juga terkandung whey protein dan kasein. Kendati dalam susu formula juga terkandung kedua jenis protein ini, namun dalam ASI, whey proteinnya lebih tinggi dari kasein, sekitar 80:20. “Whey protein yang tinggi inilah yang membuat ASI jadi mudah dicerna dan diserap oleh bayi,” ujar Dadang. Sedangkan susu formula yang dari hewan, perbandingan whey protein dan kaseinnya adalah 20:80. Jadi, kaseinnya yang lebih tinggi.

“Inilah yang membuat susu formula dari hewan jadi gampang menggumpal sehingga membuat bayi menjadi sulit mencerna dan menyerapnya,” lanjut Dadang. Akibatnya, bayi yang diberi susu formula bisa menjadi kekurangan makanan karena zat-zat gizi yang dibutuhkannya tak diserap. Selain itu, di dalam whey protein terdapat suatu zat yang disebut laktalbumin (suatu protein yang ada dalam whey protein). Laktalbumin ini bisa diubah menjadi sistein (sejenis asam amino) yang akan dikonversi lagi menjadi taurin.

“Taurin inilah yang bagus karena berfungsi untuk perkembangan sel otak. Dengan demikian, baik untuk kecerdasan otak bayi,” tambah Dadang. Tak demikian halnya dengan susu formula, laktalbuminnya kurang. Dengan demikian, taurinnya pun sangat rendah. Nah, berdasarkan alasan-alasan tersebut, para ahli selalu menganjurkan agar bayi diberikan ASI eksklusif; minimal selama 4 bulan, tapi belakangan malah dianjurkan selama 6 bulan.

HARUS BANYAK CAIRAN

Pada prinsipnya, setelah bayi berusia 4 bulan ke atas baru boleh diberi makanan tambahan untuk melatih reflek mengunyah dan menelan. Namun makanan tambahannya pun harus dalam bentuk lumat. “Bubur instan yang banyak dijual di pasaran bisa diberikan pada bayi,” kata Dadang, Tapi jangan lupa, bayi masih tetap membutuhkan banyak cairan. Jadi, sekalipun sudah diberi makanan tambahan, bayi tetap harus diberi cairan yang banyak.

“Kebutuhan bayi akan air per kg berat badannya lebih banyak ketimbang orang dewasa,” terang Dadang. Bila dibandingkan antara susu formula dengan makanan tambahan, misalnya, bubur susu, tentu susu formula mengandung lebih banyak air. Jadi, bila bayi diberikan bubur susu, cairan yang masuk ke tubuhnya akan berkurang. Jika Ibu sampai tak memperhatikan hal ini, bisa-bisa bayi akan mengalami kekurangan cairan; karena sering terjadi, setelah diberikan bubur susu, minuman yang diberikan tak banyak.

BERAGAM DAN BERVARIASI

Menurut Dadang, bayi boleh saja diberi bubur instan setiap hari. Toh, kandungannya tak berbeda jauh dengan susu formula. “Produk ini mengandung energi, protein, dan lemak, bahkan suplemen yang tinggi,” tuturnya. Jadi, meskipun bubur instan bukan makanan alami, namun tak berdampak buruk pada kesehatan bayi. Paling si bayi hanya merasa bosan karena setiap hari cuma diberi makanan yang itu-itu saja (bubur instan).

Nah, untuk mengatasi rasa bosan, Dadang menyarankan agar Ibu-Bapak memberikan makanan yang beragam dan bervariasi. Dengan kata lain, makanannya jangan yang itu-itu saja, tapi diganti-ganti. Misalnya, hari ini diberi bubur instan, maka esoknya berilah biskuit bayi yang dilumatkan dengan air. Dadang mengingatkan, kondisi bayi pada usia hingga satu tahun seperti CPU komputer.

“Jadi, bayi seperti diinstal. Misalnya, bayi diberi bubur instan. Rasa bubur instan itu, kan, akan terasa pada lidah bayi. Nah, pada lidah, ada unsur saraf yang akan melaporkan ke otak. Dengan demikian, bila bayi melihat makanan serupa, ia sudah tahu rasanya. Ini akan disimpan dalam memori otaknya,” tuturnya.

Begitu pula jika bayi diberi makanan lain, akan juga disimpan dalam memori otaknya. Karena itulah, tukas Dadang, semakin beragam makanan yang diberikan kepada bayi akan semakin baik, sehingga di otaknya akan banyak menyimpan memori. Dengan begitu, bila bayi diberi makanan yang berbeda, dia akan cepat menerima.

“Tapi kalau hanya diberi makanan yang itu-itu saja, memorinya pun hanya itu saja. Akibatnya, ketika bayi sudah agak besar dan diberi makanan yang berbeda, ia akan merasa asing karena di CPU-nya atau memorinya tak ada makanan tersebut.”

BUAH-BUAHAN

Selanjutnya, agar bayi memiliki kebiasaan makan yang baik, Dadang menyarankan agar ibu membuat jadwal makan bayi. Pada umumnya jadwal pemberian makan dibagi 2, yaitu jadwal pemberian makanan utama dan jadwal makanan selingan. “Biasanya makanan selingan berupa buah-buahan yang sudah bisa diperkenalkan pada bayi sejak usia 3 bulan.” Adapun buah yang disarankan ialah yang berserat sedikit seperti pepaya dan pisang.

“Kedua jenis buah ini bisa dimakan langsung oleh bayi karena lunak,” kata Dadang. Namun untuk buah lainnya, seperti jeruk, melon, dan tomat biasanya harus dibikin jus dulu. Sementara buah yang dilarang untuk bayi adalah yang memiliki sifat merangsang seperti durian dan nangka. Buah-buahan ini dapat meningkatkan asam lambung sehingga tak baik bagi bayi.

SAYURAN DAN IKAN

Mulai usia 7 hingga 12 bulan, bayi sudah harus diberikan makanan lunak. Misalnya, bubur ayam beserta lauk-pauk seperti sayuran. “Berbeda dengan buah-buahan yang bisa diberikan pada usia 3 bulan, maka sayuran harus ditunda hingga usia 5 atau 6 bulan, karena sayuran mengandung zat nitrat yang dapat mengganggu penyerapan mineral dari makanan lain pada bayi,” terang Dadang.

Untuk perkenalan, Dadang menyarankan agar bayi diberi sayuran yang tak memiliki serat tinggi seperti wortel. Setelah itu, segala jenis sayuran boleh diberikan, namun tetap harus beragam dan bervariasi. Ikan juga sudah boleh diberikan. “Pada umumnya, semua ikan baik karena mengandung protein yang tinggi,” ujar Dadang.

Hanya masalahnya, ikan memiliki duri sehingga cara penyajiannya harus hati-hati. “Ikan laut dalam memiliki kelebihan ketimbang ikan lainnya karena mengandung asam lemak esensial.” Contohnya, tuna, cengkalang, dan sarden.

AYAM, TELUR, DAN HATI

Untuk ayam, Dadang menganjurkan agar bayi sebaiknya diberi ayam kampung, bukan ayam negeri. Kendati dari sudut gizinya sama saja, namun makanan ayam negeri dan kampong berbeda.

“Makanan ayam kampung masih alamiah, sedangkan makanan ayam negeri sudah diberi suplemen dan bermacam-macam hormon. Nah, hormon-hormon tersebut akan disimpan dan terakumulasi atau menumpuk di dalam tubuhnya,” terangnya. Jadi, bila bayi diberikan ayam negeri, secara tak langsung pakan yang disuntikkan pada ayam negeri akan termakan juga oleh bayi. “Bayi seperti mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif secara langsung saja,” lanjut Dadang.

Adapun yang dimaksud zat aditif ialah zat tambahan pada makanan yang membuat makanan menjadi lebih enak, beraroma lebih harum atau yang membuat makanan lebih tahan lama. Jikapun Bapak dan Ibu ingin si kecil diberikan ayam negeri, menurut Dadang, boleh saja. “Tapi jangan terlalu sering, ya,” pesannya. Yang jelas, kalau mau aman, sebaiknya, berikan ayam kampung saja. Sedangkan telur ayam, setelah bayi berusia 6 bulan dapat diberikan kuning telur karena kuning telur mengandung protein yang tinggi.

Namun frekuensi pemberiannya tak perlu setiap hari, lebih baik seminggu sekali. Pasalnya, kuning telur mengandung kolesterol yang tinggi. “Kalau terlalu sering diberikan pada bayi, dikhawatirkan setelah dewasa nanti tingkat kolesterolnya akan tinggi,” tutur Dadang. Sedangkan putih telur, pada prinsipnya boleh diberikan. Namun sebelumnya, Bapak dan Ibu perlu tahu dulu, apakah si kecil memiliki riwayat alergi. Soalnya, putih telur dapat memicu reaksi alerginya.

“Putih telur mengandung suatu jenis protein yang tak dapat berubah menjadi asam amino sehingga dapat terserap dalam darah. Inilah yang dapat memicu reaksi alergi,” terang Dadang. Tak demikian halnya bila bayi normal mendapat ASI eksklusif hingga usia 4 bulan, pemberian putih telur pada usia 5 bulan ke atas tak jadi masalah. Soalnya, si bayi telah memperoleh zat anti bodi dari ASI. Namun demikian, frekuensi pemberiannya hendaknya tak terlalu sering, cukup seminggu sekali. Akan halnya hati ayam, menurut Dadang, tak berbeda dengan kuning telur.

Hati ayam merupakan sumber protein yang tinggi namun memiliki kolestrol yang tinggi. “Bayi tentu saja memerlukan kolesterol namun tak perlu banyak sehingga frekuensi pemberiannya cukup seminggu sekali saja.” Memang, aku Dadang, kebanyakan ibu biasanya hanya mencampur nasi tim dengan hati ayam atau telur. Padahal, nasi tim itu enggak apa-apa, lo, kalau dicampur dengan ayam, daging giling, ataupun ikan. “Bahkan, kalau bayi mau diberi kaki ayam juga boleh, karena kaki ayam juga mengandung protein seperti halnya daging ayam.” Tapi jangan lupa, lo, Bu, agar menunya setiap hari berganti-ganti, beragam, dan bervariasi.

MAKANAN MANIS

Bagaimana dengan makanan manis? Menurut Dadang, sebaiknya bayi tak mengkonsumsi makanan manis. Selain tak baik untuk pertumbuhan gigi, “makanan manis seperti cokelat, es krim, dan kue-kue kecil, juga memiliki gizi yang kurang seimbang.” Cokelat, misalnya, yang tinggi adalah kadar lemak dan gulanya, sedangkan proteinnya kurang.

“Begitu juga es krim, kadar lemak dan gulanya sangat tinggi.” Jadi, sebaiknya si kecil jangan dulu diperkenalkan pada makanan yang manis-manis. Apalagi, sampai usia setahun, memori akan makanan terus menempel padanya. Bisa-bisa nantinya ia hanya suka pada makanan yang manis-manis saja. Lain halnya dengan madu.

“Madu merupakan sumber karbohidrat yang sederhana bagi bayi karena mudah diserap dan dicerna,” terang Dadang. Seperti diketahui, karbohidrat terdiri dari dua jenis; yang kompleks seperti nasi dan yang sederhana seperti madu. Mengenai manfaat madu yang katanya bisa menurunkan panas saat demam, menurut Dadang, dalam penelitian di dunia Barat belum pernah dibahas. “Tapi pada kenyataannya memang banyak orang yang mengakui hal itu.”

BUMBU DAPUR

Untuk bumbu dapur seperti garam, menurut Dadang, boleh diberikan. “Bayi juga membutuhkan garam, lo, karena garam mengandung natrium yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan intra sel dan ekstra sel di tubuh bayi. Dengan demikian, bila bayi kekurangan garam, ia bisa menjadi lemah dan lesu,” terangnya.

Hanya saja, lanjut Dadang, kebutuhan bayi akan garam masih sedikit. Soalnya, ginjal bayi belum bisa menangani garam dalam jumlah cukup besar. Selain itu, bila bayi sudah diperkenalkan garam sejak dini, bisa-bisa setelah dewasa ia dapat menjurus pada tekanan darah tinggi. Bumbu dapur lain yang bersifat merangsang seperti lada dan bawang-bawangan juga sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan asam lambung bayi.

Jadi kalau bayi sudah diperkenalkan pada bumbu-bumbu tersebut, bisa-bisa setelah besar nanti ia akan menjadi penderita maag. “Terlebih lagi vetsin,” tukas Dadang seraya melanjutkan, “untuk orang dewasa saja vetsin tak baik, apalagi untuk bayi.” Soalnya, vetsin bisa mengakibatkan hipertensi.

SI KECIL BOLEH, KOK, MAKAN KEJU

Tapi tunggu sampai si kecil berusia 7 bulan. Selain itu, pemberiannya juga jangan terlalu sering. Soalnya, keju mengandung lemak sangat tinggi. Nanti si kecil bisa merasa mual. Alangkah baiknya bila dipilih keju yang kadar lemaknya tak terlalu tinggi

MAKANAN UNTUK BAYI YANG SEDANG SAKIT

Pada bayi yang jatuh sakit, terang Dadang , ada semacam perubahan metabolisme sehingga bayi membutuhkan zat gizi yang lebih banyak lagi ketimbang waktu sehat. Pada bayi yang panas, misalnya, perbedaan suhu yang hanya satu derajat saja bisa meningkatkan energi yang berbeda. “Misalnya, suhu bayi normal adalah 36 dan suhu bayi yang tengah sakit adalah 37 derajat, nah, kebutuhan energinya sudah berbeda 13 persen,” tuturnya.

Yang jelas, pada bayi sakit, makanan yang diberikan haruslah yang mudah dicerna dan diserap. Berarti bentuknya kecil dan secara fisik harus cair. “Juga, makanannya jangan yang komplek, yaitu yang banyak seratnya, karena membuat usus bekerja keras.” Kemudian, porsinya kecil saja. Tapi karena bayi kebutuhannya meningkat, maka frekuensi pemberian makannya harus lebih sering. Contoh makanan untuk bayi sakit adalah sup ayam, yang tentunya sudah dilumatkan dulu sebelum diberikan pada si bayi.


Sakinah, tugas kesehatan Aud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 01 Juli 2013

Jenis Makanan dan Minuman yang Membahayakan untuk AUD


4 MACAM ZAT ADITIF DALAM MAKANAN DAN MINUMAN YANG BERBAHAYA JIKA DIKONSUMSI OLEH ANAK
Berikut 4 macam zat aditif dalam makanan dan minuman yang berbahaya jika dikonsumsi oleh anak, antara lain:


1. Pemanis buatan
Beberapa jenis pemanis buatan baru-baru ini juga ditemukan dalam permen karet, minuman ringan, camilan dan bahkan makanan sehat seperti yoghurt sekalipun. Tubuh tidak dapat mengenali zat yang terkandung dalam pemanis buatan, sehingga ketika proses metabolisme tubuh mengolah zat asing tersebut akan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan.

Efek berbahaya dari pemanis buatan termasuk sakit kepala, pusing, kejang, gangguan penglihatan, dan stroke. Hal ini tentu saja dapat membahayakan kondisi seseorang yang sedang hamil.

Indikator umum bahwa produk makanan tertentu mengandung pemanis buatan adalah dengan memberikan label 'tanpa gula' atau 'diet'. Meskipun terlalu banyak gula buruk bagi kesehatan, tetapi gula jauh lebih baik bila dibandingkan dengan pemanis buatan.

2. Monosodium glutamat (MSG)

MSG adalah penyedap rasa yang umumnya digunakan dalam masakan seperti sup, makanan ringan seperti keripik dan lain sebagainya. Zat aditif ini dikategorikan sebagai eksitoksin, yang menyebabkan sel-sel otak menjadi hiperaktif dalam aktivitasnya untuk berkomunikasi dengan sel-sel lain.

MSG telah terbukti dapat meningkatkan risiko terhadap kanker, penyakit jantung, obesitas, dan gangguan perilaku yang berbahaya jika dikonsumsi oleh orang yang sedang hamil.

Sayangnya, untuk mengenali adanya kandungan MSG dalam makanan kemasan cukup sulit karena disamarkan dalam banyak nama. Cara terbaik untuk menghindari MSG adalah menghindari makanan cepat saji, makanan olahan dan makanan kemasan yang memiliki rasa gurih yang terlalu kuat.

3. Nitrat

Nitrat adalah zat aditif yang seringkali digunakan dalam daging, hot dog, dan sejenisnya. Ketika daging yang mengandung nitrat dimasak, akan dilepaskan suatu senyawa karsinogenik yang telah diketahui berhubungan dengan berbagai macam kanker.

Penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi bahan kimia ini selama kehamilan meningkatkan risiko yang lebih tinggi terhadap tumor otak pada anak. Nitrat awalnya digunakan untuk mengawetkan daging dan mencegah botulisme.

Tetapi para produsen daging kini menggunakannya untuk memberi warna sedikit kemerahan untuk menarik minat beli pelanggan. Berhati-hatilah dalam berbelanja daging dengan berbelanja di pasar lokal yang mungkin lebih aman.

4. Pestisida

Buah dan sayuran yang dijual secara komersial, umumnya dirawat dengan menggunakan pestisida dan herbisida oleh para petani agar mendapatkan hasil yang banyak dan bagus. Tetapi, bahan kimia ini dapat memiliki efek berbahaya pada janin, terutama selama tahap perkembangan.

Cara terbaik untuk menghindari hal ini adalah makan buah-buahan dan sayuran organik, menggunakan air filter karbon untuk menghilangkan zat aditif dari air minum, dan memilih untuk tidak menggunakan insektisida untuk membersihkan rumah dari serangga.


MAKANAN YANG TIDAK BOLEH DAN BOLEH DIMAKAN SI KECIL


Jika Ibu dan Bapak masih bingung memilih makanan yang pas untuk sang buah hati, simaklah ulasan ahlinya di bawah ini. Dijamin, Bapak dan Ibu tidak akan bingung lagi.

Ada yang menganjurkan, bayi harus diberi pisang agar tak kelaparan. Bahkan, ada pula yang menganjurkan agar bayi diberi nasi yang sudah diulek halus. Soalnya, bayi, kan, cuma minum ASI. Jadi, dikhawatirkan si bayi akan kelaparan.

Tentu saja, anjuran tersebut tak boleh diikuti. Pasalnya, sampai usia sekitar 3-4 bulan, makanan bayi memang cuma ASI. Lagi pula, tutur dr. Dadang Primana, MSc, SpGZ, SpKO, “bila diberikan makanan lain, usus dan ginjal bayi bisa terganggu karena fungsi organ tubuh bayi belum sempurna.”

Jadi, bisa membahayakan bayi. Jangankan makanan tambahan, susu formula saja sebenarnya juga tak dianjurkan. Pemberian susu formula lebih dianjurkan setelah bayi berusia 5-6 bulan. Soalnya, di usia tersebut, berat badan bayi sekitar 6,5 kg sehingga kebutuhan susunya bertambah. “Disamping, pada saat itu produksi ASI juga sudah mulai berkurang, sehingga diperlukanlah tambahan susu formula,” terang Dadang.

ASI YANG TERBAIK

Jadi, makanan yang terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI, karena ASI sudah mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembangnya. “Dalam ASI juga terdapat zat anti infeksi yang berasal dari ibu, sehingga bayi tak mudah terserang penyakit,” tutur Dadang. Disamping tentunya ASI lebih praktis, murah, dan bersih. Lagi pula, ketika bayi menyusu ASI, ibu pasti akan mendekap bayinya sehingga memberikan rasa aman dan perlindungan pada bayi.

Tak hanya itu, dalam ASI juga terkandung whey protein dan kasein. Kendati dalam susu formula juga terkandung kedua jenis protein ini, namun dalam ASI, whey proteinnya lebih tinggi dari kasein, sekitar 80:20. “Whey protein yang tinggi inilah yang membuat ASI jadi mudah dicerna dan diserap oleh bayi,” ujar Dadang. Sedangkan susu formula yang dari hewan, perbandingan whey protein dan kaseinnya adalah 20:80. Jadi, kaseinnya yang lebih tinggi.

“Inilah yang membuat susu formula dari hewan jadi gampang menggumpal sehingga membuat bayi menjadi sulit mencerna dan menyerapnya,” lanjut Dadang. Akibatnya, bayi yang diberi susu formula bisa menjadi kekurangan makanan karena zat-zat gizi yang dibutuhkannya tak diserap. Selain itu, di dalam whey protein terdapat suatu zat yang disebut laktalbumin (suatu protein yang ada dalam whey protein). Laktalbumin ini bisa diubah menjadi sistein (sejenis asam amino) yang akan dikonversi lagi menjadi taurin.

“Taurin inilah yang bagus karena berfungsi untuk perkembangan sel otak. Dengan demikian, baik untuk kecerdasan otak bayi,” tambah Dadang. Tak demikian halnya dengan susu formula, laktalbuminnya kurang. Dengan demikian, taurinnya pun sangat rendah. Nah, berdasarkan alasan-alasan tersebut, para ahli selalu menganjurkan agar bayi diberikan ASI eksklusif; minimal selama 4 bulan, tapi belakangan malah dianjurkan selama 6 bulan.

HARUS BANYAK CAIRAN

Pada prinsipnya, setelah bayi berusia 4 bulan ke atas baru boleh diberi makanan tambahan untuk melatih reflek mengunyah dan menelan. Namun makanan tambahannya pun harus dalam bentuk lumat. “Bubur instan yang banyak dijual di pasaran bisa diberikan pada bayi,” kata Dadang, Tapi jangan lupa, bayi masih tetap membutuhkan banyak cairan. Jadi, sekalipun sudah diberi makanan tambahan, bayi tetap harus diberi cairan yang banyak.

“Kebutuhan bayi akan air per kg berat badannya lebih banyak ketimbang orang dewasa,” terang Dadang. Bila dibandingkan antara susu formula dengan makanan tambahan, misalnya, bubur susu, tentu susu formula mengandung lebih banyak air. Jadi, bila bayi diberikan bubur susu, cairan yang masuk ke tubuhnya akan berkurang. Jika Ibu sampai tak memperhatikan hal ini, bisa-bisa bayi akan mengalami kekurangan cairan; karena sering terjadi, setelah diberikan bubur susu, minuman yang diberikan tak banyak.

BERAGAM DAN BERVARIASI

Menurut Dadang, bayi boleh saja diberi bubur instan setiap hari. Toh, kandungannya tak berbeda jauh dengan susu formula. “Produk ini mengandung energi, protein, dan lemak, bahkan suplemen yang tinggi,” tuturnya. Jadi, meskipun bubur instan bukan makanan alami, namun tak berdampak buruk pada kesehatan bayi. Paling si bayi hanya merasa bosan karena setiap hari cuma diberi makanan yang itu-itu saja (bubur instan).

Nah, untuk mengatasi rasa bosan, Dadang menyarankan agar Ibu-Bapak memberikan makanan yang beragam dan bervariasi. Dengan kata lain, makanannya jangan yang itu-itu saja, tapi diganti-ganti. Misalnya, hari ini diberi bubur instan, maka esoknya berilah biskuit bayi yang dilumatkan dengan air. Dadang mengingatkan, kondisi bayi pada usia hingga satu tahun seperti CPU komputer.

“Jadi, bayi seperti diinstal. Misalnya, bayi diberi bubur instan. Rasa bubur instan itu, kan, akan terasa pada lidah bayi. Nah, pada lidah, ada unsur saraf yang akan melaporkan ke otak. Dengan demikian, bila bayi melihat makanan serupa, ia sudah tahu rasanya. Ini akan disimpan dalam memori otaknya,” tuturnya.

Begitu pula jika bayi diberi makanan lain, akan juga disimpan dalam memori otaknya. Karena itulah, tukas Dadang, semakin beragam makanan yang diberikan kepada bayi akan semakin baik, sehingga di otaknya akan banyak menyimpan memori. Dengan begitu, bila bayi diberi makanan yang berbeda, dia akan cepat menerima.

“Tapi kalau hanya diberi makanan yang itu-itu saja, memorinya pun hanya itu saja. Akibatnya, ketika bayi sudah agak besar dan diberi makanan yang berbeda, ia akan merasa asing karena di CPU-nya atau memorinya tak ada makanan tersebut.”

BUAH-BUAHAN

Selanjutnya, agar bayi memiliki kebiasaan makan yang baik, Dadang menyarankan agar ibu membuat jadwal makan bayi. Pada umumnya jadwal pemberian makan dibagi 2, yaitu jadwal pemberian makanan utama dan jadwal makanan selingan. “Biasanya makanan selingan berupa buah-buahan yang sudah bisa diperkenalkan pada bayi sejak usia 3 bulan.” Adapun buah yang disarankan ialah yang berserat sedikit seperti pepaya dan pisang.

“Kedua jenis buah ini bisa dimakan langsung oleh bayi karena lunak,” kata Dadang. Namun untuk buah lainnya, seperti jeruk, melon, dan tomat biasanya harus dibikin jus dulu. Sementara buah yang dilarang untuk bayi adalah yang memiliki sifat merangsang seperti durian dan nangka. Buah-buahan ini dapat meningkatkan asam lambung sehingga tak baik bagi bayi.

SAYURAN DAN IKAN

Mulai usia 7 hingga 12 bulan, bayi sudah harus diberikan makanan lunak. Misalnya, bubur ayam beserta lauk-pauk seperti sayuran. “Berbeda dengan buah-buahan yang bisa diberikan pada usia 3 bulan, maka sayuran harus ditunda hingga usia 5 atau 6 bulan, karena sayuran mengandung zat nitrat yang dapat mengganggu penyerapan mineral dari makanan lain pada bayi,” terang Dadang.

Untuk perkenalan, Dadang menyarankan agar bayi diberi sayuran yang tak memiliki serat tinggi seperti wortel. Setelah itu, segala jenis sayuran boleh diberikan, namun tetap harus beragam dan bervariasi. Ikan juga sudah boleh diberikan. “Pada umumnya, semua ikan baik karena mengandung protein yang tinggi,” ujar Dadang.

Hanya masalahnya, ikan memiliki duri sehingga cara penyajiannya harus hati-hati. “Ikan laut dalam memiliki kelebihan ketimbang ikan lainnya karena mengandung asam lemak esensial.” Contohnya, tuna, cengkalang, dan sarden.

AYAM, TELUR, DAN HATI

Untuk ayam, Dadang menganjurkan agar bayi sebaiknya diberi ayam kampung, bukan ayam negeri. Kendati dari sudut gizinya sama saja, namun makanan ayam negeri dan kampong berbeda.

“Makanan ayam kampung masih alamiah, sedangkan makanan ayam negeri sudah diberi suplemen dan bermacam-macam hormon. Nah, hormon-hormon tersebut akan disimpan dan terakumulasi atau menumpuk di dalam tubuhnya,” terangnya. Jadi, bila bayi diberikan ayam negeri, secara tak langsung pakan yang disuntikkan pada ayam negeri akan termakan juga oleh bayi. “Bayi seperti mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif secara langsung saja,” lanjut Dadang.

Adapun yang dimaksud zat aditif ialah zat tambahan pada makanan yang membuat makanan menjadi lebih enak, beraroma lebih harum atau yang membuat makanan lebih tahan lama. Jikapun Bapak dan Ibu ingin si kecil diberikan ayam negeri, menurut Dadang, boleh saja. “Tapi jangan terlalu sering, ya,” pesannya. Yang jelas, kalau mau aman, sebaiknya, berikan ayam kampung saja. Sedangkan telur ayam, setelah bayi berusia 6 bulan dapat diberikan kuning telur karena kuning telur mengandung protein yang tinggi.

Namun frekuensi pemberiannya tak perlu setiap hari, lebih baik seminggu sekali. Pasalnya, kuning telur mengandung kolesterol yang tinggi. “Kalau terlalu sering diberikan pada bayi, dikhawatirkan setelah dewasa nanti tingkat kolesterolnya akan tinggi,” tutur Dadang. Sedangkan putih telur, pada prinsipnya boleh diberikan. Namun sebelumnya, Bapak dan Ibu perlu tahu dulu, apakah si kecil memiliki riwayat alergi. Soalnya, putih telur dapat memicu reaksi alerginya.

“Putih telur mengandung suatu jenis protein yang tak dapat berubah menjadi asam amino sehingga dapat terserap dalam darah. Inilah yang dapat memicu reaksi alergi,” terang Dadang. Tak demikian halnya bila bayi normal mendapat ASI eksklusif hingga usia 4 bulan, pemberian putih telur pada usia 5 bulan ke atas tak jadi masalah. Soalnya, si bayi telah memperoleh zat anti bodi dari ASI. Namun demikian, frekuensi pemberiannya hendaknya tak terlalu sering, cukup seminggu sekali. Akan halnya hati ayam, menurut Dadang, tak berbeda dengan kuning telur.

Hati ayam merupakan sumber protein yang tinggi namun memiliki kolestrol yang tinggi. “Bayi tentu saja memerlukan kolesterol namun tak perlu banyak sehingga frekuensi pemberiannya cukup seminggu sekali saja.” Memang, aku Dadang, kebanyakan ibu biasanya hanya mencampur nasi tim dengan hati ayam atau telur. Padahal, nasi tim itu enggak apa-apa, lo, kalau dicampur dengan ayam, daging giling, ataupun ikan. “Bahkan, kalau bayi mau diberi kaki ayam juga boleh, karena kaki ayam juga mengandung protein seperti halnya daging ayam.” Tapi jangan lupa, lo, Bu, agar menunya setiap hari berganti-ganti, beragam, dan bervariasi.

MAKANAN MANIS

Bagaimana dengan makanan manis? Menurut Dadang, sebaiknya bayi tak mengkonsumsi makanan manis. Selain tak baik untuk pertumbuhan gigi, “makanan manis seperti cokelat, es krim, dan kue-kue kecil, juga memiliki gizi yang kurang seimbang.” Cokelat, misalnya, yang tinggi adalah kadar lemak dan gulanya, sedangkan proteinnya kurang.

“Begitu juga es krim, kadar lemak dan gulanya sangat tinggi.” Jadi, sebaiknya si kecil jangan dulu diperkenalkan pada makanan yang manis-manis. Apalagi, sampai usia setahun, memori akan makanan terus menempel padanya. Bisa-bisa nantinya ia hanya suka pada makanan yang manis-manis saja. Lain halnya dengan madu.

“Madu merupakan sumber karbohidrat yang sederhana bagi bayi karena mudah diserap dan dicerna,” terang Dadang. Seperti diketahui, karbohidrat terdiri dari dua jenis; yang kompleks seperti nasi dan yang sederhana seperti madu. Mengenai manfaat madu yang katanya bisa menurunkan panas saat demam, menurut Dadang, dalam penelitian di dunia Barat belum pernah dibahas. “Tapi pada kenyataannya memang banyak orang yang mengakui hal itu.”

BUMBU DAPUR

Untuk bumbu dapur seperti garam, menurut Dadang, boleh diberikan. “Bayi juga membutuhkan garam, lo, karena garam mengandung natrium yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan intra sel dan ekstra sel di tubuh bayi. Dengan demikian, bila bayi kekurangan garam, ia bisa menjadi lemah dan lesu,” terangnya.

Hanya saja, lanjut Dadang, kebutuhan bayi akan garam masih sedikit. Soalnya, ginjal bayi belum bisa menangani garam dalam jumlah cukup besar. Selain itu, bila bayi sudah diperkenalkan garam sejak dini, bisa-bisa setelah dewasa ia dapat menjurus pada tekanan darah tinggi. Bumbu dapur lain yang bersifat merangsang seperti lada dan bawang-bawangan juga sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan asam lambung bayi.

Jadi kalau bayi sudah diperkenalkan pada bumbu-bumbu tersebut, bisa-bisa setelah besar nanti ia akan menjadi penderita maag. “Terlebih lagi vetsin,” tukas Dadang seraya melanjutkan, “untuk orang dewasa saja vetsin tak baik, apalagi untuk bayi.” Soalnya, vetsin bisa mengakibatkan hipertensi.

SI KECIL BOLEH, KOK, MAKAN KEJU

Tapi tunggu sampai si kecil berusia 7 bulan. Selain itu, pemberiannya juga jangan terlalu sering. Soalnya, keju mengandung lemak sangat tinggi. Nanti si kecil bisa merasa mual. Alangkah baiknya bila dipilih keju yang kadar lemaknya tak terlalu tinggi

MAKANAN UNTUK BAYI YANG SEDANG SAKIT

Pada bayi yang jatuh sakit, terang Dadang , ada semacam perubahan metabolisme sehingga bayi membutuhkan zat gizi yang lebih banyak lagi ketimbang waktu sehat. Pada bayi yang panas, misalnya, perbedaan suhu yang hanya satu derajat saja bisa meningkatkan energi yang berbeda. “Misalnya, suhu bayi normal adalah 36 dan suhu bayi yang tengah sakit adalah 37 derajat, nah, kebutuhan energinya sudah berbeda 13 persen,” tuturnya.

Yang jelas, pada bayi sakit, makanan yang diberikan haruslah yang mudah dicerna dan diserap. Berarti bentuknya kecil dan secara fisik harus cair. “Juga, makanannya jangan yang komplek, yaitu yang banyak seratnya, karena membuat usus bekerja keras.” Kemudian, porsinya kecil saja. Tapi karena bayi kebutuhannya meningkat, maka frekuensi pemberian makannya harus lebih sering. Contoh makanan untuk bayi sakit adalah sup ayam, yang tentunya sudah dilumatkan dulu sebelum diberikan pada si bayi.


Sakinah, tugas kesehatan Aud

0 komentar: