A. Menyampaikan Ajaran
Bagian pertama dalam
mendidik adalah membuat peraturan dan menyampaikan ajaran, serta dibuat peraturan di
dalam rumah. Bagi guru sekolah harus membuat peraturan di kelas.
Tanpa ada peraturan, anak akan terbiasa hidup liar, hidup tanpa aturan, hidup
semaunya sendiri, tidak mau diatur dan menjadi ‘trouble maker’ atau
pembuat masalah. Buatlah peraturan-peraturan sederhana di rumah, sesuai usia
anak-anak, dan tingkatkan sesuai kebutuhan dan pertumbuhan usia mereka.
Mendidik adalah
menyampaikan pengajaran, norma-norma dan nilai-nilai hidup,aturan, hukum,
Firman maupun cerita-cerita serta pengalaman yang mengandung didikan dan
mengajarkan pengenalan akan TUHAN. Isi utama dari ajaran atau aturan yang
disampaikan adalah konsep-konsep kebenaran.
Fungsi dan tujuan
ajaran atau aturan adalah untuk
membuat apa yang boleh dan tidak boleh menjadi jelas. Ajaran, aturan, hukum atau tata
tertib berfungsi sebagai batasan norma, etika, dan sopan-santun.
Fungsi aturan adalah semacam undang-undang di dalam masyarakat atau negara.
Bangun aturan di rumah atau di kelas dan sampaikan kepada anak secara bertahap, sesuai dengan usia
anak. Kita bisa membangun peraturan dengan kerangka atau warna sesuai
norma kebenaran. Ajaran ini juga akan membuat seorang anak akan memiliki
kedewasaan dan perkembangan emosi dan sosial yang baik.
B.
Kemampuan
Menyerap Ajaran
1.
Waktu
Jangka waktu konsentrasi manusia secara
umum lebih kurang satu setengah kali usia mereka dalam satuan menit.
a.
Anak 2-3 th :
3 – 4.5 menit
b. Anak
3-4 th : 4.5 – 6.0 menit
c. Anak
5-6 th : 7.5 – 10 menit, dan
seterusnya
d. Orang
dewasa : rata – rata 45 menit
Anak-anak TK yang tak bisa
duduk diam di rumah atau di kelas adalah biasa. Wajarnya memang begitulah
mereka mengingat sebagian besar aktivitas anak usia prasekolah melibatkan gerak
fisik dan bermain. Dra. Geraldine K. Wanei, M.Psi. Lektor Kepala Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unika Atma Jaya, Jakarta
mengungkapkan bahwa setiap anak
dilengkapi dengan energi yang tak ada habis-habisnya untuk terus bergerak
dengan lincahnya.
Orang tua perlu tahu, tingkat
kesabaran dan perhatian anak berkembang bersama-sama dengan perkembangan
fisiknya, terutama otot-otot kecil pengendali gerakan. Konsekuensi anak usia 4
sampai 5 tahun umumnya lebih senang menyelesaikan tugas yang singkat,
membongkar apa yang sudah dikerjakan dan memulainya lagi berulang kali. Dengan
melihat karakteristik ini, persiapkan tugas dengan rentang waktu yang sesuai.
Misalnya, orang tua atau guru tidak perlu memberi pelajaran menggambar atau
menggunting selama satu atau dua jam terus-menerus, karena umumnya anak-anak di
TK hanya akan betah duduk diam paling lama 7 menit. Jadi, guru atau orang tua
harus mencari kegiatan yang bisa diselesaikan dalam jangka waktu 7 menit itu.
Bila anak diberi tugas panjang
yang membuat mereka harus duduk diam dalam waktu lama, maka fokus pada tugas
dan konsentrasinya akan cepat hilang. Barulah setelah anak mampu duduk diam
selama 7 menit dan senang mengerjakan tugasnya, guru atau orang tua boleh
meningkatkan waktunya secara bertahap, misalnya ditambah 5 menit, begitu
seterusnya.
2.
Daya
Tangkap
Anak-anak mampu menyerap pelajaran
melalui indera, perasaan, emosi mereka, dan secara umum lebih kurang daya
tangkap mereka sebagai berikut :
a. Mendengar,
1 arah 20-30 %
b. Komunikasi
2 arah 40-50 %
c. Melihat
suatu peragaan 50-60 %
d. Terlibat
dalam peragaan, turut melakukan, mendengar, meraba, mencium dan turut
berpartisipasi dalam suatu adegan atau drama (pelibatan tubuh atau panca indera dan emosi)
bisa mencapai 70 hingga 80 %.
Semakin
banyak panca indera yang terlibat, semakin tinggi daya serap anak. Panca indera
anak yang bercerita, apabila tidak ada alat peraga, melibatkan emosi atau
perasaan mereka akan mengasah daya tangkap anak.
3.
Menirukan
Anak adalah peniru yang ulung. Apa
yang didengar diucapkan, apa yang dilihat dilakukan. Menirukan adalah pola umum
cara belajar bagi anak-anak, oleh karena itu pemberian teladan merupakan cara
yang efektif dalam mendidik suatu kebiasaan baik. Misalnya, dalam kerapian,
kebersihan, membuang samapah, berdoa sebelum amakan, ataupun sikap dan nilai
hidup.
C.
Menyampaikan
Ajaran
1.
Bermain
Dunia anak adalah dunia
bermain. Bermain terungkap dalam berbagai bentuk apabila anak-anak sedang
beraktivitas. Para ahli menyatakan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan
dinamis. Kebutuhan-kebutuhan jasmani dan rohani anak yang mendasar sebagian
besar dipenuhi melalui bermain.
Belajar lewat dunia mereka, akan menjadi
menyenangkan bagi anak-anak. Anak-anak begitu bersemangat untuk belajar dengan
antusias. Belajar
adalah hal yang menggembirakan karena mereka belajar sambil bermain, banyak
bermain di dalam pelajarannya.
Peran orang tua dalam
mendampingi anak belajar sambil bermain sangat penting. Kedekatan dan interaksi
yang hangat serta komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangat penting
dalam mengembangkan potensi anak. Orang tua perlu menemani anak dengan aktif
dengan mendukung
dan mendorong minat serta rasa ingin tahuannya,
membimbing anak untuk selalu berinisiatif agar kepercayaan
dirinya tumbuh. Dengan bermain kita juga bisa menyampaikan konsep-konsep dan
nilai-nilai hidup. Misalnya, norma-norma antri, merima kekalahan, bermain
secara fair, jujur, tidak curang,
sportifitas jauh lebih penting daripada keegoisannya untuk menang.
2.
Bernyanyi
Musik merupakan sesuatu yang nyata dan
senatiasa hadir dalam kehidupan manusia. Alam tercipta kaya akan nuansa dan
irama musik. Seperti bunyi gemericik air sungai, debur ombak, tetesan air. AT.
Mahmud dalam Yeni Rachmawati menyatakan bahwa musik adalah aktivitas
kreatif. Anak sangat mudah dan senang
belajar dengan menyanyi, terlebih dengan gerakan. Melalui lagu-lagu anak
belajar dan sebuah konsep akan lebih mudah lewat lagu, sebab diucapkan
berkali-kali bahkan dihafalkan. Melalui menyanyi anak melatih daya ingatnya, untuk menghafal lirik
lagu tersebut dipacu kecerdasannya (ritme, birama, irama yang bisa mereupakan
terapi saraf-saraf otak), lewat hal yang dia sukai.
3.
Fantasi
a. Menggambar
Melalui
menggambar, maka fantasi, imajinasi, pemahaman dimensi ruang dan kecerdasan
anak dibangun. Ketika anak mulai usia dua tahun, mereka akan gemar sekali
mencorat-coret yang bagi orang dewasa gambar mereka seperti tidak ada artinya, hampir-hampir
seperti benang kusut saja. Tetapi ini penting bagi perkembangan saraf sensorik
dan motorik halus dibagian tangan, jari dan lengan anak.
Ketika
anak beranjak usia 4 atau 5 tahun, dia bukan hanya saja suka mewarnai, tetapi
mulai mencipta gambar, yang dia bayangkan dan yang dikhayalkan. Memberi
rangsangan, dorongan, dan pujian akan membantu pertumbuhan otak kanan anak.
b. Imajinasi
Janice
Beaty dalam Yeni Rachmawati menyatakan bahwa bagi anak, imajinasi adalah
kemampuan untuk merespons atau melakukan fantasi yang mereka buat. Bagi anak
khayalan dan imajinasi mereka begitu nyata, seolah-olah juga alam nyata sebab perbendaharaan
kata-kata anak masih kurang tentunya tidak bisa berkata kepada kita bahwa dia
sedang berimajinasi, anak kecil belum tahu arti kata ‘imajinasi’. Kalau dia
bermimpi atau membayangkan di kamarnya ada setan, bagi dia itu begitu real,
nyata dan ada. Kita tidak bisa memarahi anak dan berkata “bohong, dasar penakut, setan itu tidak ada”. Contoh permainan yang
dapat mengasah daya imajinasinya yaitu dengan mengajak anak bermain sosiodrama.
Anak akan memainkan peran dan dengan cara tertentu.
c. Mendongeng
atau bercerita
Mendongeng adalah menyampaikan cerita.
Isi dari dongeng bisa bermacam-macam, antara lain sejarah kepahlawanan, fabel
(cerita mengenai binatang), legenda (kisah mengenai terjadinya suatu tempat).
Di dalam sebuah dongeng biasanya diselipkan nasihat-nasihat atau hikmah.
Anak-anak biasanya sangat menyukai cerita. Apalagi yang berkaitan dengan
binatang maupun tumbuhan. Itulah sebabnya mengapa sebagian besar hal-hal yang
berkaitan dengan anak-anak hampir selalu dikaitkan dengan dunia binatang. Yang
perlu diperhatikan dalam mendongeng adalah:
1) Bercerita,
bukan membaca teks.
2) Tidak
harus selalu diawali dengan “Pada jaman dulu…,”Pada suatu hari”…
3) Perhatikan
durasi, jangan terlalu panjang ataupun terlalu pendek.
4) Apabila
terlalu panjang bisa dibuat bersambung, akan membuat anak menagih lagi.
5) Selipkan
hikmah sesuai kebutuhan.
6) Pilih
waktu yang tepat untuk menyampaikan.
7) Dongen
identik dengan cerita sebelum tidur, tetapi anda boleh saja memberikannya pada
waktu lain asalkan anak merasa nyaman.
Penyampaian
pengajaran lewat film juga efektif karena anak menyukainya, dan bisa dalam
waktu yang lebih lama. Peran cerita ini amat sentral, amat penting. Jika anak
menyukai tokoh tertentu dalam cerita yang disampaikan, maka mereka ada
keinginan yang kuat untuk menjadi seperti tokoh cerita tersebut. Karena itu
sangat penting kita memilih cerita yang baik dan memasukkan pesan-pesan moral,
norma kehidupan lewat cerita.
d. Animasi
Bagi
anak kecil, usia tertentu semua benda itu hidup. Jangan heran kalau mereka
mengajak berbicara bonekanya atau merasa kasihan ketika bibinya memotong-motong
wortel, apalagi melihat seekor ayam yang memang dibelih sudah mati,
dipotong-potong dibumbui dan kemudian digoreng.
Itulah
sebabnya mengapa panggung boneka begitu sangat disukai anak-anak, atau film
animasi kartun merupakan tontonan anak yang sangat menarik bagi anak, maka ini
juga jalur yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan-pesan didikan, ajaran
dan moral kepada anak. Zaman sekarang
banyak film animasi kartun di dalam TV, orang tua perlu memilihkan jenis film
kartun yang cocok bagi anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar