CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 21 Mei 2013

MENDIDIK ANAK DALAM MENYAMPAIKAN AJARAN



A.      Menyampaikan Ajaran
Bagian pertama dalam mendidik adalah membuat peraturan dan menyampaikan ajaran, serta dibuat peraturan di dalam rumah.  Bagi guru sekolah harus membuat peraturan di kelas.  Tanpa ada peraturan, anak akan terbiasa hidup liar, hidup tanpa aturan, hidup semaunya sendiri, tidak mau diatur dan menjadi ‘trouble maker’ atau  pembuat masalah. Buatlah peraturan-peraturan sederhana di rumah, sesuai usia anak-anak, dan tingkatkan sesuai kebutuhan dan pertumbuhan usia mereka.
Mendidik adalah menyampaikan pengajaran, norma-norma dan nilai-nilai hidup,aturan, hukum, Firman maupun cerita-cerita serta pengalaman yang mengandung didikan dan mengajarkan pengenalan akan TUHAN.  Isi utama dari ajaran atau aturan yang disampaikan adalah konsep-konsep kebenaran.
Fungsi dan tujuan ajaran atau aturan adalah untuk membuat apa yang boleh dan tidak boleh menjadi jelas.  Ajaran, aturan, hukum atau tata tertib  berfungsi sebagai batasan norma, etika, dan sopan-santun.  Fungsi aturan adalah semacam undang-undang di dalam masyarakat atau negara. Bangun aturan di rumah atau di kelas dan sampaikan kepada anak secara bertahap, sesuai dengan usia anak.  Kita bisa membangun peraturan dengan kerangka atau warna sesuai norma kebenaran. Ajaran ini juga akan membuat seorang anak akan memiliki kedewasaan dan perkembangan emosi dan sosial yang baik.

B.  Kemampuan Menyerap Ajaran
1.      Waktu
Jangka waktu konsentrasi manusia secara umum lebih kurang satu setengah kali usia mereka dalam satuan menit.
a.       Anak 2-3  th         : 3 – 4.5 menit
b.      Anak 3-4 th          : 4.5 – 6.0 menit
c.       Anak 5-6 th          : 7.5 – 10 menit, dan seterusnya
d.      Orang dewasa      : rata – rata 45 menit
Anak-anak TK yang tak bisa duduk diam di rumah atau di kelas adalah biasa. Wajarnya memang begitulah mereka mengingat sebagian besar aktivitas anak usia prasekolah melibatkan gerak fisik dan bermain. Dra. Geraldine K. Wanei, M.Psi. Lektor Kepala Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unika Atma Jaya, Jakarta mengungkapkan bahwa setiap anak dilengkapi dengan energi yang tak ada habis-habisnya untuk terus bergerak dengan lincahnya.
Orang tua perlu tahu, tingkat kesabaran dan perhatian anak berkembang bersama-sama dengan perkembangan fisiknya, terutama otot-otot kecil pengendali gerakan. Konsekuensi anak usia 4 sampai 5 tahun umumnya lebih senang menyelesaikan tugas yang singkat, membongkar apa yang sudah dikerjakan dan memulainya lagi berulang kali. Dengan melihat karakteristik ini, persiapkan tugas dengan rentang waktu yang sesuai. Misalnya, orang tua atau guru tidak perlu memberi pelajaran menggambar atau menggunting selama satu atau dua jam terus-menerus, karena umumnya anak-anak di TK hanya akan betah duduk diam paling lama 7 menit. Jadi, guru atau orang tua harus mencari kegiatan yang bisa diselesaikan dalam jangka waktu 7 menit itu.
Bila anak diberi tugas panjang yang membuat mereka harus duduk diam dalam waktu lama, maka fokus pada tugas dan konsentrasinya akan cepat hilang. Barulah setelah anak mampu duduk diam selama 7 menit dan senang mengerjakan tugasnya, guru atau orang tua boleh meningkatkan waktunya secara bertahap, misalnya ditambah 5 menit, begitu seterusnya.
2.      Daya Tangkap
Anak-anak mampu menyerap pelajaran melalui indera, perasaan, emosi mereka, dan secara umum lebih kurang daya tangkap mereka sebagai berikut :
a.       Mendengar, 1 arah 20-30 %
b.      Komunikasi 2 arah 40-50 %
c.       Melihat suatu peragaan 50-60 %
d.      Terlibat dalam peragaan, turut melakukan, mendengar, meraba, mencium dan turut berpartisipasi dalam suatu adegan atau drama (pelibatan tubuh atau panca indera dan emosi) bisa mencapai 70 hingga 80 %.
Semakin banyak panca indera yang terlibat, semakin tinggi daya serap anak. Panca indera anak yang bercerita, apabila tidak ada alat peraga, melibatkan emosi atau perasaan mereka akan mengasah daya tangkap anak.
3.      Menirukan
Anak adalah peniru yang ulung. Apa yang didengar diucapkan, apa yang dilihat dilakukan. Menirukan adalah pola umum cara belajar bagi anak-anak, oleh karena itu pemberian teladan merupakan cara yang efektif dalam mendidik suatu kebiasaan baik. Misalnya, dalam kerapian, kebersihan, membuang samapah, berdoa sebelum amakan, ataupun sikap dan nilai hidup.
C.      Menyampaikan Ajaran
1.      Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain terungkap dalam berbagai bentuk apabila anak-anak sedang beraktivitas. Para ahli menyatakan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis. Kebutuhan-kebutuhan jasmani dan rohani anak yang mendasar sebagian besar dipenuhi melalui bermain.
Belajar lewat dunia mereka, akan menjadi menyenangkan bagi anak-anak. Anak-anak begitu bersemangat untuk belajar dengan antusias. Belajar adalah hal yang menggembirakan karena mereka belajar sambil bermain, banyak bermain di dalam pelajarannya.
Peran orang tua dalam mendampingi anak belajar sambil bermain sangat penting. Kedekatan dan interaksi yang hangat serta komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangat penting dalam mengembangkan potensi anak. Orang tua perlu menemani anak dengan aktif dengan mendukung dan mendorong minat serta rasa ingin tahuannya, membimbing anak untuk selalu berinisiatif agar kepercayaan dirinya tumbuh. Dengan  bermain kita juga bisa menyampaikan konsep-konsep dan nilai-nilai hidup. Misalnya, norma-norma antri, merima kekalahan, bermain secara fair, jujur, tidak curang, sportifitas jauh lebih penting daripada keegoisannya untuk menang.
2.      Bernyanyi
Musik merupakan sesuatu yang nyata dan senatiasa hadir dalam kehidupan manusia. Alam tercipta kaya akan nuansa dan irama musik. Seperti bunyi gemericik air sungai, debur ombak, tetesan air. AT. Mahmud dalam Yeni Rachmawati menyatakan bahwa musik adalah aktivitas kreatif.  Anak sangat mudah dan senang belajar dengan menyanyi, terlebih dengan gerakan. Melalui lagu-lagu anak belajar dan sebuah konsep akan lebih mudah lewat lagu, sebab diucapkan berkali-kali bahkan dihafalkan. Melalui menyanyi anak melatih daya ingatnya, untuk menghafal lirik lagu tersebut dipacu kecerdasannya (ritme, birama, irama yang bisa mereupakan terapi saraf-saraf otak), lewat hal yang dia sukai.
3.      Fantasi
a.       Menggambar
Melalui menggambar, maka fantasi, imajinasi, pemahaman dimensi ruang dan kecerdasan anak dibangun. Ketika anak mulai usia dua tahun, mereka akan gemar sekali mencorat-coret yang bagi orang dewasa gambar mereka seperti tidak ada artinya, hampir-hampir seperti benang kusut saja. Tetapi ini penting bagi perkembangan saraf sensorik dan motorik halus dibagian tangan, jari dan lengan anak.
Ketika anak beranjak usia 4 atau 5 tahun, dia bukan hanya saja suka mewarnai, tetapi mulai mencipta gambar, yang dia bayangkan dan yang dikhayalkan. Memberi rangsangan, dorongan, dan pujian akan membantu pertumbuhan otak kanan anak.
b.      Imajinasi
Janice Beaty dalam Yeni Rachmawati menyatakan bahwa bagi anak, imajinasi adalah kemampuan untuk merespons atau melakukan fantasi yang mereka buat. Bagi anak khayalan dan imajinasi mereka begitu nyata, seolah-olah juga alam nyata sebab perbendaharaan kata-kata anak masih kurang tentunya tidak bisa berkata kepada kita bahwa dia sedang berimajinasi, anak kecil belum tahu arti kata ‘imajinasi’. Kalau dia bermimpi atau membayangkan di kamarnya ada setan, bagi dia itu begitu real, nyata dan ada. Kita tidak bisa memarahi anak dan berkata “bohong, dasar penakut, setan itu tidak ada”. Contoh permainan yang dapat mengasah daya imajinasinya yaitu dengan mengajak anak bermain sosiodrama. Anak akan memainkan peran dan dengan cara tertentu.
c.       Mendongeng atau bercerita
Mendongeng adalah menyampaikan cerita. Isi dari dongeng bisa bermacam-macam, antara lain sejarah kepahlawanan, fabel (cerita mengenai binatang), legenda (kisah mengenai terjadinya suatu tempat). Di dalam sebuah dongeng biasanya diselipkan nasihat-nasihat atau hikmah. Anak-anak biasanya sangat menyukai cerita. Apalagi yang berkaitan dengan binatang maupun tumbuhan. Itulah sebabnya mengapa sebagian besar hal-hal yang berkaitan dengan anak-anak hampir selalu dikaitkan dengan dunia binatang. Yang perlu diperhatikan dalam mendongeng adalah:
1)      Bercerita, bukan membaca teks.
2)      Tidak harus selalu diawali dengan “Pada jaman dulu…,”Pada suatu hari”…
3)      Perhatikan durasi, jangan terlalu panjang ataupun terlalu pendek.
4)      Apabila terlalu panjang bisa dibuat bersambung, akan membuat anak menagih lagi.
5)      Selipkan hikmah sesuai kebutuhan.
6)      Pilih waktu yang tepat untuk menyampaikan.
7)      Dongen identik dengan cerita sebelum tidur, tetapi anda boleh saja memberikannya pada waktu lain asalkan anak merasa nyaman.
Penyampaian pengajaran lewat film juga efektif karena anak menyukainya, dan bisa dalam waktu yang lebih lama. Peran cerita ini amat sentral, amat penting. Jika anak menyukai tokoh tertentu dalam cerita yang disampaikan, maka mereka ada keinginan yang kuat untuk menjadi seperti tokoh cerita tersebut. Karena itu sangat penting kita memilih cerita yang baik dan memasukkan pesan-pesan moral, norma kehidupan lewat cerita.
d.      Animasi
Bagi anak kecil, usia tertentu semua benda itu hidup. Jangan heran kalau mereka mengajak berbicara bonekanya atau merasa kasihan ketika bibinya memotong-motong wortel, apalagi melihat seekor ayam yang memang dibelih sudah mati, dipotong-potong dibumbui dan kemudian digoreng.
Itulah sebabnya mengapa panggung boneka begitu sangat disukai anak-anak, atau film animasi kartun merupakan tontonan anak yang sangat menarik bagi anak, maka ini juga jalur yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan-pesan didikan, ajaran dan moral kepada anak. Zaman sekarang banyak film animasi kartun di dalam TV, orang tua perlu memilihkan jenis film kartun yang cocok bagi anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 21 Mei 2013

MENDIDIK ANAK DALAM MENYAMPAIKAN AJARAN



A.      Menyampaikan Ajaran
Bagian pertama dalam mendidik adalah membuat peraturan dan menyampaikan ajaran, serta dibuat peraturan di dalam rumah.  Bagi guru sekolah harus membuat peraturan di kelas.  Tanpa ada peraturan, anak akan terbiasa hidup liar, hidup tanpa aturan, hidup semaunya sendiri, tidak mau diatur dan menjadi ‘trouble maker’ atau  pembuat masalah. Buatlah peraturan-peraturan sederhana di rumah, sesuai usia anak-anak, dan tingkatkan sesuai kebutuhan dan pertumbuhan usia mereka.
Mendidik adalah menyampaikan pengajaran, norma-norma dan nilai-nilai hidup,aturan, hukum, Firman maupun cerita-cerita serta pengalaman yang mengandung didikan dan mengajarkan pengenalan akan TUHAN.  Isi utama dari ajaran atau aturan yang disampaikan adalah konsep-konsep kebenaran.
Fungsi dan tujuan ajaran atau aturan adalah untuk membuat apa yang boleh dan tidak boleh menjadi jelas.  Ajaran, aturan, hukum atau tata tertib  berfungsi sebagai batasan norma, etika, dan sopan-santun.  Fungsi aturan adalah semacam undang-undang di dalam masyarakat atau negara. Bangun aturan di rumah atau di kelas dan sampaikan kepada anak secara bertahap, sesuai dengan usia anak.  Kita bisa membangun peraturan dengan kerangka atau warna sesuai norma kebenaran. Ajaran ini juga akan membuat seorang anak akan memiliki kedewasaan dan perkembangan emosi dan sosial yang baik.

B.  Kemampuan Menyerap Ajaran
1.      Waktu
Jangka waktu konsentrasi manusia secara umum lebih kurang satu setengah kali usia mereka dalam satuan menit.
a.       Anak 2-3  th         : 3 – 4.5 menit
b.      Anak 3-4 th          : 4.5 – 6.0 menit
c.       Anak 5-6 th          : 7.5 – 10 menit, dan seterusnya
d.      Orang dewasa      : rata – rata 45 menit
Anak-anak TK yang tak bisa duduk diam di rumah atau di kelas adalah biasa. Wajarnya memang begitulah mereka mengingat sebagian besar aktivitas anak usia prasekolah melibatkan gerak fisik dan bermain. Dra. Geraldine K. Wanei, M.Psi. Lektor Kepala Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unika Atma Jaya, Jakarta mengungkapkan bahwa setiap anak dilengkapi dengan energi yang tak ada habis-habisnya untuk terus bergerak dengan lincahnya.
Orang tua perlu tahu, tingkat kesabaran dan perhatian anak berkembang bersama-sama dengan perkembangan fisiknya, terutama otot-otot kecil pengendali gerakan. Konsekuensi anak usia 4 sampai 5 tahun umumnya lebih senang menyelesaikan tugas yang singkat, membongkar apa yang sudah dikerjakan dan memulainya lagi berulang kali. Dengan melihat karakteristik ini, persiapkan tugas dengan rentang waktu yang sesuai. Misalnya, orang tua atau guru tidak perlu memberi pelajaran menggambar atau menggunting selama satu atau dua jam terus-menerus, karena umumnya anak-anak di TK hanya akan betah duduk diam paling lama 7 menit. Jadi, guru atau orang tua harus mencari kegiatan yang bisa diselesaikan dalam jangka waktu 7 menit itu.
Bila anak diberi tugas panjang yang membuat mereka harus duduk diam dalam waktu lama, maka fokus pada tugas dan konsentrasinya akan cepat hilang. Barulah setelah anak mampu duduk diam selama 7 menit dan senang mengerjakan tugasnya, guru atau orang tua boleh meningkatkan waktunya secara bertahap, misalnya ditambah 5 menit, begitu seterusnya.
2.      Daya Tangkap
Anak-anak mampu menyerap pelajaran melalui indera, perasaan, emosi mereka, dan secara umum lebih kurang daya tangkap mereka sebagai berikut :
a.       Mendengar, 1 arah 20-30 %
b.      Komunikasi 2 arah 40-50 %
c.       Melihat suatu peragaan 50-60 %
d.      Terlibat dalam peragaan, turut melakukan, mendengar, meraba, mencium dan turut berpartisipasi dalam suatu adegan atau drama (pelibatan tubuh atau panca indera dan emosi) bisa mencapai 70 hingga 80 %.
Semakin banyak panca indera yang terlibat, semakin tinggi daya serap anak. Panca indera anak yang bercerita, apabila tidak ada alat peraga, melibatkan emosi atau perasaan mereka akan mengasah daya tangkap anak.
3.      Menirukan
Anak adalah peniru yang ulung. Apa yang didengar diucapkan, apa yang dilihat dilakukan. Menirukan adalah pola umum cara belajar bagi anak-anak, oleh karena itu pemberian teladan merupakan cara yang efektif dalam mendidik suatu kebiasaan baik. Misalnya, dalam kerapian, kebersihan, membuang samapah, berdoa sebelum amakan, ataupun sikap dan nilai hidup.
C.      Menyampaikan Ajaran
1.      Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain terungkap dalam berbagai bentuk apabila anak-anak sedang beraktivitas. Para ahli menyatakan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis. Kebutuhan-kebutuhan jasmani dan rohani anak yang mendasar sebagian besar dipenuhi melalui bermain.
Belajar lewat dunia mereka, akan menjadi menyenangkan bagi anak-anak. Anak-anak begitu bersemangat untuk belajar dengan antusias. Belajar adalah hal yang menggembirakan karena mereka belajar sambil bermain, banyak bermain di dalam pelajarannya.
Peran orang tua dalam mendampingi anak belajar sambil bermain sangat penting. Kedekatan dan interaksi yang hangat serta komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangat penting dalam mengembangkan potensi anak. Orang tua perlu menemani anak dengan aktif dengan mendukung dan mendorong minat serta rasa ingin tahuannya, membimbing anak untuk selalu berinisiatif agar kepercayaan dirinya tumbuh. Dengan  bermain kita juga bisa menyampaikan konsep-konsep dan nilai-nilai hidup. Misalnya, norma-norma antri, merima kekalahan, bermain secara fair, jujur, tidak curang, sportifitas jauh lebih penting daripada keegoisannya untuk menang.
2.      Bernyanyi
Musik merupakan sesuatu yang nyata dan senatiasa hadir dalam kehidupan manusia. Alam tercipta kaya akan nuansa dan irama musik. Seperti bunyi gemericik air sungai, debur ombak, tetesan air. AT. Mahmud dalam Yeni Rachmawati menyatakan bahwa musik adalah aktivitas kreatif.  Anak sangat mudah dan senang belajar dengan menyanyi, terlebih dengan gerakan. Melalui lagu-lagu anak belajar dan sebuah konsep akan lebih mudah lewat lagu, sebab diucapkan berkali-kali bahkan dihafalkan. Melalui menyanyi anak melatih daya ingatnya, untuk menghafal lirik lagu tersebut dipacu kecerdasannya (ritme, birama, irama yang bisa mereupakan terapi saraf-saraf otak), lewat hal yang dia sukai.
3.      Fantasi
a.       Menggambar
Melalui menggambar, maka fantasi, imajinasi, pemahaman dimensi ruang dan kecerdasan anak dibangun. Ketika anak mulai usia dua tahun, mereka akan gemar sekali mencorat-coret yang bagi orang dewasa gambar mereka seperti tidak ada artinya, hampir-hampir seperti benang kusut saja. Tetapi ini penting bagi perkembangan saraf sensorik dan motorik halus dibagian tangan, jari dan lengan anak.
Ketika anak beranjak usia 4 atau 5 tahun, dia bukan hanya saja suka mewarnai, tetapi mulai mencipta gambar, yang dia bayangkan dan yang dikhayalkan. Memberi rangsangan, dorongan, dan pujian akan membantu pertumbuhan otak kanan anak.
b.      Imajinasi
Janice Beaty dalam Yeni Rachmawati menyatakan bahwa bagi anak, imajinasi adalah kemampuan untuk merespons atau melakukan fantasi yang mereka buat. Bagi anak khayalan dan imajinasi mereka begitu nyata, seolah-olah juga alam nyata sebab perbendaharaan kata-kata anak masih kurang tentunya tidak bisa berkata kepada kita bahwa dia sedang berimajinasi, anak kecil belum tahu arti kata ‘imajinasi’. Kalau dia bermimpi atau membayangkan di kamarnya ada setan, bagi dia itu begitu real, nyata dan ada. Kita tidak bisa memarahi anak dan berkata “bohong, dasar penakut, setan itu tidak ada”. Contoh permainan yang dapat mengasah daya imajinasinya yaitu dengan mengajak anak bermain sosiodrama. Anak akan memainkan peran dan dengan cara tertentu.
c.       Mendongeng atau bercerita
Mendongeng adalah menyampaikan cerita. Isi dari dongeng bisa bermacam-macam, antara lain sejarah kepahlawanan, fabel (cerita mengenai binatang), legenda (kisah mengenai terjadinya suatu tempat). Di dalam sebuah dongeng biasanya diselipkan nasihat-nasihat atau hikmah. Anak-anak biasanya sangat menyukai cerita. Apalagi yang berkaitan dengan binatang maupun tumbuhan. Itulah sebabnya mengapa sebagian besar hal-hal yang berkaitan dengan anak-anak hampir selalu dikaitkan dengan dunia binatang. Yang perlu diperhatikan dalam mendongeng adalah:
1)      Bercerita, bukan membaca teks.
2)      Tidak harus selalu diawali dengan “Pada jaman dulu…,”Pada suatu hari”…
3)      Perhatikan durasi, jangan terlalu panjang ataupun terlalu pendek.
4)      Apabila terlalu panjang bisa dibuat bersambung, akan membuat anak menagih lagi.
5)      Selipkan hikmah sesuai kebutuhan.
6)      Pilih waktu yang tepat untuk menyampaikan.
7)      Dongen identik dengan cerita sebelum tidur, tetapi anda boleh saja memberikannya pada waktu lain asalkan anak merasa nyaman.
Penyampaian pengajaran lewat film juga efektif karena anak menyukainya, dan bisa dalam waktu yang lebih lama. Peran cerita ini amat sentral, amat penting. Jika anak menyukai tokoh tertentu dalam cerita yang disampaikan, maka mereka ada keinginan yang kuat untuk menjadi seperti tokoh cerita tersebut. Karena itu sangat penting kita memilih cerita yang baik dan memasukkan pesan-pesan moral, norma kehidupan lewat cerita.
d.      Animasi
Bagi anak kecil, usia tertentu semua benda itu hidup. Jangan heran kalau mereka mengajak berbicara bonekanya atau merasa kasihan ketika bibinya memotong-motong wortel, apalagi melihat seekor ayam yang memang dibelih sudah mati, dipotong-potong dibumbui dan kemudian digoreng.
Itulah sebabnya mengapa panggung boneka begitu sangat disukai anak-anak, atau film animasi kartun merupakan tontonan anak yang sangat menarik bagi anak, maka ini juga jalur yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan-pesan didikan, ajaran dan moral kepada anak. Zaman sekarang banyak film animasi kartun di dalam TV, orang tua perlu memilihkan jenis film kartun yang cocok bagi anak.

0 komentar: